Serikat buruh tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) memutuskan tidak mengerahkan massa besar-besaran pada Hari Buruh Internasional yang jatuh pada 1 Mei mendatang. Hal tersebut menimbang perkembangan COVID-19 saat ini.
Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea mengatakan, langkah diambil agar tidak menciptakan klaster baru.
"Kami memutuskan untuk Mayday 2021 kami tidak menggelar aksi massa besar-besaran seperti tahun-tahun sebelumnya, karena kami tidak ingin menciptakan klaster baru. Karena setiap tahun teman-teman pers tentu tahu puluhan ribu massa kami masuk Jakarta dengan jumlah massa yang sangat besar dari berbagai daerah," katanya dalam konferensi pers, Kamis (29/4/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan tak terjun ke jalan secara besar-besaran ini diambil setelah melihat perkembangan kasus COVID-19 yang dianggap memprihatinkan. Selain itu, ia juga telah melakukan koordinasi dengan pimpinan buruh di bawah KSPSI.
"Kemarin, kami melakukan rapat terbatas dengan seluruh jajaran pimpinan buruh yang berada struktur KSPSI pimpinan Andi Gani Nena Wea," katanya.
Meski begitu, Andi menuturkan, pihaknya akan menunjuk delegasi untuk ke Istana guna menyampaikan petisi Mayday 2021.
"Kami akan ke Istana Negara jam 12 siang pada 1 Mei untuk menyerahkan petisi Mayday 2021," katanya.
Sementara, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyampaikan berbagai elemen buruh akan ikut aksi pada 1 Mei nanti, termasuk KSPI.
Khusus dari KSPI, kata Said Iqbal, peringatan May Day kali ini akan diikuti sekurang-kurangnya 50 ribu buruh, di 3.000 perusahaan/pabrik, 200 kabupaten/kota, dan 24 provinsi. Sedangkan di Jakarta, aksi akan dipusatkan di Istana dan Mahkamah Konstitusi.