Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan angka produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2021. Kalangan ekonom memprediksi jika pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2021 masih mengalami minus. Hal ini disebabkan oleh masih lemahnya konsumsi rumah tangga di tengah pembatasan kegiatan masyarakat dan pencairan dana dari program perlindungan sosial.
Dalam riset Danareksa Research Institute (DRI) 'GDP Outlook Quarter 1 of 2021: Sluggish Recovery Continues' yang disusun oleh Moekti P. Soejachmoen, Muhammad Ikbal Iskandar dan Sella F. Anindita disebutkan jika pemulihan ekonomi akan berlanjut dengan laju yang lebih lambat.
Kepala Ekonom DRI Moekti P. Soejahmoen mengungkapkan ekonomi Indonesia kuartal I diestimasi -1,24% secara kuartalan dan -1,03% secara tahunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Realisasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), khususnya program perlindungan sosial, tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan konsumsi rumah tangga karena mobilitas masyarakat masih terkendali," demikian dikutip dari riset, Rabu (5/5/2021).
Kemudian investasi melambat yang tercermin dari kontraksi pertumbuhan kredit investasi serta melambatnya FDI dan pembangunan infrastruktur. Kemudian neraca perdagangan tetap tinggi tetapi lebih rendah dari periode sebelumnya didorong oleh impor yang lebih tinggi.
Namun investasi dan ekspor menunjukkan pertumbuhan terbatas, sementara impor mulai pulih pada kuartal pertama 2021.
Pemulihan ekonomi yang diperkirakan melambat tapi masih berada di zona positif dalam beberapa periode mendatang sangat dipengaruhi oleh faktor kurva harian COVID-19 yang mendatar sejak Februari 2021. Program vaksinasi yang terus berjalan hingga pertumbuhan investasi yang berpotensi meningkat di bidang infrastruktur yang didorong oleh pembentukan Indonesia Investment Authority.
"Di tengah potensi perbaikan di atas, volume perdagangan berpotensi turun di kuartal berikutnya, didorong oleh gelombang kedua kasus COVID-19 di India, terutama ekspor minyak sawit karena mencakup 17% dari total ekspor sawit," tulisnya.