Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri pengolahan masih mengalami kontraksi 1,38% pada kuartal I-2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2020 (year on year/yoy). Khususnya untuk industri pengolahan non migas atau manufaktur, kontraksinya sebesar 0,71%.
Meski begitu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita meyakini kuartal I-2021 adalah kuartal terakhir yang menorehkan rapor merah untuk industri manufaktur. Ia meyakini, kuartal berikutnya industri manufaktur akan tumbuh positif.
"Kami sangat optimis kuartal I-2021 ini merupakan kuartal terakhir bagi industri manufaktur atau pengolahan yang tumbuh negatif. Ke depan kami sangat optimis bisa dalam territory positif," tegas Agus dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keyakinannya itu dilatarbelakangi oleh aktivitas di industri yang mulai pulih. Apalagi, di bulan April ini pemerintah memberikan insentif PPnBM untuk pembelian mobil baru. Hal itu menurutnya akan sangat mendongkrak produksi industri manufaktur, khususnya di sektor otomotif.
"Bila kita lihat dampak dari kebijakan PPnBM DTP (ditanggung pemerintah), secara quarter to quarter (QtQ) untuk beberapa indikator otomotif naik double digit. Seperti produksi mobil naik 23,36%, penjualan mobil naik 16,63%, dan sepeda motor naik 64,52%. Dan kita tidak bisa lupa bahwa industri otomotif itu merupakan industri yang memiliki industri pendukungnya sangat besar," paparnya.
Tak hanya itu, proyeksinya juga dilatarbelakangi dengan purchasing managers index (PMI) yang naik menjadi 54,6% di bulan April ini.
"PMI kita pada April naik 54,6%, ini di atas 50% selama 6 bulan berturut-turut. Artinya industri manufaktur kita sedang dalam kondisi yang agresif dan ekspansif," terang Agus.
Terakhir, utilisasi industri manufaktur juga melonjak drastis apabila dibandingkan dengan periode awal pandemi COVID-19 melanda Tanah Air.
"Rata-rata utilisasi industri manufaktur pada Maret sudah 61,3%, ini meningkat dibandingkan bulan2 sebelumnya, apalagi kalau kita bandingkan ketiga pandemi awal masuk Indonesia," tandas dia.
(vdl/zlf)