Harga Cabai Naik Nggak 'Nyantai', Kemendag Ungkap Biang Keroknya!

Harga Cabai Naik Nggak 'Nyantai', Kemendag Ungkap Biang Keroknya!

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 11 Mei 2021 18:45 WIB
Harga cabai rawit di berbagai wilayah termasuk Jakarta tengah jadi sorotan. Pasalnya harganya naik salah satunya akibat cuaca buruk yang melanda Tanah Air.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Harga cabai rawit merah terus menanjak menjelang Lebaran 2021. Di sejumlah pasar di DKI Jakarta, harga cabai rawit merah tembus Rp 80.000/Kg.

Berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta, Selasa (11/5/2021), harga cabai rawit merah tembus Rp 80.000/Kg di Pasar Rawa Badak, Pramuka, Pulo Gadung, Pasar Baru Metro Atom, Pesanggrahan, Tebet Barat, Kalibaru, dan Rawa Mangun.

Selain di Jakarta, harga cabai rawit merah juga semakin 'pedas' di provinsi lain. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga cabai rawit merah tertinggi ialah di Maluku Utara yakni Rp 150.000/Kg, di Papua Rp 134.600/Kg, Kalimantan Utara Rp 133.150/Kg, di Kalimantan Tengah Rp 118.750/Kg, dan di Maluku Rp 105.000/Kg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan juga membenarkan kenaikan tersebut,

"Rata-rata harga cabai rawit merah nasional naik 9,74%, begitu juga halnya dengan rata-rata harga cabai rawit merah DKI Jakarta naik 14,33% menjadi Rp. 68.600/Kg (kisaran harga Rp 50.000 - 80.000/Kg). Kenaikan harga cabai rawit merah dalam seminggu terakhir juga terjadi di tingkat Pasar Induk sebesar 8,67% menjadi Rp 45.400/Kg, dan di tingkat petani naik sebesar 5,18% menjadi Rp 36.100/Kg," ujar Oke kepada detikcom.

ADVERTISEMENT

Adapun penyebabnya ialah gangguan penyerapan pasokan cabai oleh pedagang eceran menjelang Lebaran 2021. Pasalnya, sejumlah petani melakukan penundaan panen.

"Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia menginformasikan bahwa produksi cabai di daerah sentra cukup untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, namun sebagian petani di sentra produksi cabai melakukan penundaan panen hingga 2-3 hari," ungkap Oke.

Oke menerangkan, penundaan itu membuat jumlah pengiriman ke sentra konsumsi turun, salah satunya DKI Jakarta karena tingkat penyerapan cabai di tingkat pasar induk tidak sebanyak biasanya akibat berkurangnya pedagang cabai di pasar eceran yang mudik lebaran sebelum periode pelarangan mudik pada 6 Mei lalu.

"Karena itu, pengiriman hasil panen menuju daerah DKI Jakarta berisiko tidak terserap oleh pedagang besar di pasar induk sehingga harga di pasar eceran naik," terangnya.

Kemudian, ia mengatakan adanya indikasi penurunan pasokan di 20 Pasar Induk Cabai.

"Ini menunjukkan bahwa rata-rata pasokan cabai dalam seminggu terakhir sebesar 364 ton, 5,72% di bawah pasokan normal. Begitu juga dengan rata-rata pasokan cabai dalam seminggu terakhir di Pasar Induk Kramat Jati sebesar 75 ton, 40% di bawah pasokan normal," tandas Oke.

Tonton juga Video: Harga Cabai Meroket, Petani Sebut Faktor Cuaca

[Gambas:Video 20detik]



(vdl/dna)

Hide Ads