Sempat Tolak Merger Gojek-Grab, Kenapa Driver Dukung GoTo?

Sempat Tolak Merger Gojek-Grab, Kenapa Driver Dukung GoTo?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 18 Mei 2021 14:29 WIB

Menurut Igun, banyak perusahaan yang melakukan merger, biasanya cepat atau lambat akan melakukan efisiensi. Bukan tidak mungkin, efisiensi juga dilakukan oleh Gojek dan Grab bila melakukan merger dengan mengurangi jumlah mitra. Apalagi bila dilihat jumlah mitra yang terlampau banyak.

"Para mitra ini resah, namanya akuisisi merger ini kalau terjadi pasti di mana mana selanjutnya aksi korporasi efisiensi. Mereka resah ini jadi gelombang pemutusan mitra sepihak kalau merger jadi dilakukan," kata Igun kepada detikcom, Rabu (9/12/2020) yang lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belum lagi, soal ancaman monopoli bisnis jasa transportasi online. Saat ini saja tanpa merger, Gojek dan Grab sudah menguasai pasar.

Memang, beberapa pesaing sudah muncul, namun pihaknya menilai belum cukup kuat untuk menyaingi Gojek dan Grab. Apalagi kalau merger Gojek dan Grab benar-benar dilakukan.

ADVERTISEMENT

"Memang persaingan masih ada, cuma ya kami memandang belum kuat. Ini yang eksis dua aja sudah kuat, bagaimana kalau dimerger. Khawatirnya ini jadi penguasaan monopoli digitalnya dan juga transportasinya," ujar Igun.

Namun nyatanya kini Gojek justru merger dengan Tokopedia, dan membentuk grup teknologi GoTo. Langkah merger ini disebut akan menjadikan kedua startup lokal ini menjadi grup teknologi terbesar yang ada di Indonesia.

Total transaksi mergernya saja, secara grup tembus US$ 22 miliar atau setara dengan Rp 312,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.200).

"Pembentukan Grup GoTo ini merupakan kolaborasi usaha terbesar di Indonesia, sekaligus kolaborasi terbesar antara dua perusahaan internet dan layanan media di Asia hingga saat ini," bunyi keterangan resmi.


(hal/fdl)

Hide Ads