Sempat Tolak Merger Gojek-Grab, Kenapa Driver Dukung GoTo?

Sempat Tolak Merger Gojek-Grab, Kenapa Driver Dukung GoTo?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 18 Mei 2021 14:29 WIB
Jakarta -

Driver ojek online (ojol) mendukung merger Gojek dan Tokopedia dalam grup GoTo. Namun, sebelumnya para driver pernah menolak saat isu merger Gojek dan saingannya Grab mengemuka. Lalu apa yang jadi alasan driver ojol dukung merger Gojek dengan Tokopedia?

Menurut Ketua Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono merger grup GoTo kali ini dilakukan oleh dua perusahaan yang berbeda latar belakangnya. Gojek fokus ke layanan transportasi, Tokopedia ke marketplace pedagang online.

Dia menilai dua latar belakang berbeda ini bila bergabung akan membentuk sifat saling melengkapi. Misalnya saja, driver ojol bisa ikut mengantar paket di Tokopedia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi penggabungan dua platform ini, yang satu transportasi dan satu e-commerce, ini akan melengkapi. Kalau sekarang ini justru dua platform berbeda. Ini kan platform e-commerce maka ada pengiriman dari barang hasil transaksi, jadi ada jasa kurir antar barang," ujar Igun dihubungi detikcom, Selasa (18/5/2021).

Nah lain lagi, saat Gojek diisukan kawin dengan Grab. Keduanya, menurut Igun, merupakan raksasa di sektor transportasi online. Bila keduanya merger jelas akan membuat dominasi besar dan cenderung monopoli, ujungnya mitra driver yang jadi korban.

ADVERTISEMENT

"Kalau yang waktu kabar Gojek dan Grab kan mereka itu satu platform, transportasi semua, makanya kita tolak. Karena persaingan nggak ada, monopoli jadinya," ungkap Igun.

Sebelumnya, Igun pernah mengatakan driver ojol resah dengan kabar merger Gojek-Grab yang panas bergulir pada akhir 2020 lalu. Mereka khawatir apabila merger dilakukan bisa memicu pemutusan mitra driver secara massal.

Menurut Igun, banyak perusahaan yang melakukan merger, biasanya cepat atau lambat akan melakukan efisiensi. Bukan tidak mungkin, efisiensi juga dilakukan oleh Gojek dan Grab bila melakukan merger dengan mengurangi jumlah mitra. Apalagi bila dilihat jumlah mitra yang terlampau banyak.

"Para mitra ini resah, namanya akuisisi merger ini kalau terjadi pasti di mana mana selanjutnya aksi korporasi efisiensi. Mereka resah ini jadi gelombang pemutusan mitra sepihak kalau merger jadi dilakukan," kata Igun kepada detikcom, Rabu (9/12/2020) yang lalu.

Belum lagi, soal ancaman monopoli bisnis jasa transportasi online. Saat ini saja tanpa merger, Gojek dan Grab sudah menguasai pasar.

Memang, beberapa pesaing sudah muncul, namun pihaknya menilai belum cukup kuat untuk menyaingi Gojek dan Grab. Apalagi kalau merger Gojek dan Grab benar-benar dilakukan.

"Memang persaingan masih ada, cuma ya kami memandang belum kuat. Ini yang eksis dua aja sudah kuat, bagaimana kalau dimerger. Khawatirnya ini jadi penguasaan monopoli digitalnya dan juga transportasinya," ujar Igun.

Namun nyatanya kini Gojek justru merger dengan Tokopedia, dan membentuk grup teknologi GoTo. Langkah merger ini disebut akan menjadikan kedua startup lokal ini menjadi grup teknologi terbesar yang ada di Indonesia.

Total transaksi mergernya saja, secara grup tembus US$ 22 miliar atau setara dengan Rp 312,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.200).

"Pembentukan Grup GoTo ini merupakan kolaborasi usaha terbesar di Indonesia, sekaligus kolaborasi terbesar antara dua perusahaan internet dan layanan media di Asia hingga saat ini," bunyi keterangan resmi.


Hide Ads