Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan kembali menjadi sorotan publik. Kali ini karena dia menggaungkan masyarakat agar Work From Bali. Tujuannya untuk memulihkan ekonomi di Bali dengan meningkatkan keterisian hotel.
Ternyata apa yang digaungkan Luhut itu sebenarnya sudah ada yang melakukannya. Shinta misalnya, pegawai dari salah satu perusahaan media di Jakarta itu sudah Work From Bali sejak 2,5 bulan yang lalu.
"Kebijakan kantor masih fleksibel WFO boleh WFH juga boleh. Jadi aku milih kerja dari Bali," tuturnya saat berbincang dengan detikcom, Rabu (19/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Shinta sendiri merupakan perantau dari Jawa Timur. Selama bekerja di Jakarta dia tinggal di kos-kosan. Ketika pandemi COVID-19 melanda dan mengharuskan dia kerja dari rumah, Shinta merasa jenuh dan stres.
"Kemudian biaya hidup di Jakarta itu mahal untuk kondisi WFH. Lantas aku memutuskan kenapa nggak kerja di luar Jakarta yang biaya hidupnya murah dan dekat dengan alam. Karena waktu itu aku ingin banget refreshing," ucapnya.
Saat itu di pikirannya ada 2 kota yakni Yogyakarta dan Bali yang menurutnya sesuai dengan keinginannya itu. Akhirnya Shinta memilih Bali karena dia mengaku sudah pernah hidup di Yogyakarta selama 10 tahun.
Ternyata benar, kerja dari Bali jauh lebih murah bagi Shinta yang seorang perantau yang belum berkeluarga. Saat di Jakarta dia pernah ngekos di 2 tempat yang berbeda yakni di sekitaran Monas, Jakarta Pusat dan Kemang, Jakarta Selatan.
"Ngekos waktu di daerah Monas itu Rp 3 juta per bulan. Itu hanya kamar doang, nggak ada jendelanya. Lalu pindah ke Kemang Rp 2,5 juta tapi kamarnya kecil. Tapi itu tentu kosannya nyaman. Kalau mau nyari yang ala kadarnya di Jakarta si ada pasti yang di bawah Rp 2 juta," terangnya.
Nah ketika dia tinggal di Bali, ternyata banyak hotel-hotel bintang 3 dan 4 membuat promo selama pandemi dengan sewa bulanan, harganya Rp 2-3 jutaan. Saat ini Shinta tinggal di hotel bintang 3 di daerah Seminyak dengan tarif Rp 2 juta per bulan.
Selain harga yang lebih murah ketimbang kos-kosan di Jakarta, tinggal di hotel di Bali juga mendapatkan kualitas kamar yang jauh lebih baik. Selain itu dia juga tetap mendapatkan seluruh fasilitas yang ada di hotel tersebut.
"Bisa dapat cleaning service, kolam renang, gym, intinya semua fasilitas hotel," tuturnya.
Sementara untuk biaya makan sehari-hari menurut Shinta tergantung pribadi masing-masing. Jika makan di warung atau masak sendiri maka bisa lebih murah hidup di Bali.
"Aku budgetnya di Jakarta untuk hari-hari weekday sekitar Rp 60-80 ribu sehari, itu makan siang dan makan malam plus ngemil, karena gak masak sendiri. Di Bali bisa sama saja atau lebih murah, tergantung. Kalau makan di warung lokal terus ya pasti di bawah biaya tersebut," terangnya.
Nah yang menurut Shinta Bali jauh lebih juara dibanding Jakarta adalah tempat hiburan yang jauh lebih lengkap dan murah. Sehingga banyak obat pelepas penat ketika kerja di Bali.
"Kalau di Jakarta kan hiburan ke mall atau cafe. Kalau di Bali tinggal ke pantai gratis, gym-nya juga lebih murah. Kalau weekend bisa ke gunung atau air terjun. Intinya semuanya lebih murah, tapi balik lagi tergantung perspektif orangnya masing-masing," tutupnya.
(das/dna)