Bisnis Jangan Sampai Berhenti Meski Corona Menggila, Begini Caranya

Bisnis Jangan Sampai Berhenti Meski Corona Menggila, Begini Caranya

Tim detikcom - detikFinance
Minggu, 20 Jun 2021 14:42 WIB
Quarantine Young asian woman wearing smart casual clothes work at home in living room using laptop and drinking hot coffee and croissant while city  lockdown for covid-19 corona virus pandemic.
Foto: Contoh Alat Tes Antigen (Istimewa)
Jakarta -

Pelaku industri tanah air tengah berjuang untuk keluar dari bayang-bayang pandemi yang menggerogoti perekonomian nasional. Di tengah upaya memutar kembali roda ekonomi, Indonesia kembali dirundung ledakan jumlah penularan virus Corona.

Meski demikian, roda ekonomi tak boleh berhenti lagi. Pemilik Kedai Kopi di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Aji mengatakan, kali ini ekonomi tak boleh berhenti lagi seperti tahun sebelumnya.

Karena menurutnya, bila kali ini kegiatan ekonomi kembali terhenti, maka dampaknya akan lebih fatal dibanding tahun lalu saat pertama kali pemerintah meberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita nggak boleh berhenti, bagaimanapun caranya bisnis harus tetap jalan. Cukup tahun lalu aja kita berhenti karena pandemi. Kalau berhenti lagi, saya nggak tahu lagi harus apa," ujar Aji saat berbincang.

Menurutnya, ada sejumlah cara agar bisnis tetap bisa berjalan meski pandemi menggila. Pertama tentu adalah dengan memaksimalkan jaringan digital seperti pesan makanan secara online.

ADVERTISEMENT

Namun, itu saja tak cukup. Ada kalanya perjumpaan fisik dengan rekan bisnis tak bisa dihindari.

"Bisnis UMKM ini kan tantangannya, anggaran mepet. Untuk produksi aja mepet. Nah terus gimana biar produk kita dikenal? Ya kita harus banyak-banyak kolaborasi. Bikin event barengan, biar biaya promosi bisa ditekan karena kan biaya ditanggung ramai-ramai. Nah, misal kalau kita mau kolaborasi, brainstormingnya kan harus ketemuan," tutur dia.

Bila sudah begitu, apa sulusinya?

"Ya kita harus tingkatin protokol kesehatan. Malah sekarang penting buat kita buat swab test antigen dulu supaya yakin pas kita ketemuan nggak malah jadi cluster penularan baru," sambungnya.

Meski demikian, tak sembarang alat test antigen bisa digunakan. Adakalanya alat test antigen tidak menunjukkan hasil yang akurat. Bagaimana solusinya? Lihat halaman selanjutnya.

Meski demikian, tak sembarang alat test antigen bisa digunakan. Adakalanya alat test antigen tidak menunjukkan hasil yang akurat. Misalnya, dua kali test antigen meununjukkan hasil berbeda meski dilakukan dalam waktu yang berdekatan.

Menurut Direktur Utama PT Joy Indo Medika, Ni Kadek Asmiari, produsen alat tes antigen Cov-test, ada 2 faktor penyebab ketidakakuratan hasil swab test yakni faktor manusia dan kualitas alat.

Faktor manusia yaitu terkait cara petugas medis melakukan tempat pengambilan spesimen lendir hidung

"Pengambilan spesimen lendir hidung itu ada caranya. Tidak asal colok saja," ujar Ni Kadek Asmiari dalam keterangannya, Jumat (18/6/2021).

Hal itu terjadi, lanjutnya, juga disebabkan sikap pasien yang tidak paham.

"Pasien kadang protes kalau ada rasa sakit. Karena tidak tahan di colok sampai dalam, Akibatnya, pengambilan sampel tidak akurat.

Faktor kedua karena alat. Kadek menjelaskan, ketidakakuratan hasil swab test bisa disebabkan oleh kualitas alat yang tidak sesuai standar. Alat antigen bisa rusak jika tidak disimpan dalam suhu yang dianjurkan yaitu 4-30 derajat Celcius, swab kit yang digunakan terbuat dari bahan yang tidak sesuai, tidak menyerap spesimen, keras, dan tidak steril, atau diproduksi dan dikemas dengan tidak steril/ higienis.

Ni Kadek yang merupakan pengusaha asal Bali itu memastikan produk cov-test telah dilengkapi izin edar, memiliki sertifikasi ISO 9001, 13485, dan CE-sertifikasi.

Cov-test juga diproduksi oleh perusaahan ternama yaitu perusahaan invitrodiagnostic yang memiliki standar sterilisasi yang tinggi. Selain itu, produk Cov-test disimpan di suhu yang sesuai anjuran yaitu 4-30 derajat celcius.

Kadek menjelaskan, yang menjadi diferensiasi dari produk sejenis, alat pengambil swab atau dakron produk Cov-test lembut, sehingga mengurangi rasa sakit atau tidak nyaman saat digunakan. Meski demikian, alat test ini juga telah mendapat pengakuan dari sisi akurasi yang tinggi.

Dikatakan, terungkapnya kasus alat antigen ilegal atau daur ulang di Bandara Kualanamu beberapa waktu lalu, harus menjadi pelajaran penting bagi pihak rumah sakit, klinik, dan masyarakat umum.

"Kualitas produk harus menjadi pertimbangan utama. Akibatnya akan fatal jika konsumen ceroboh," pungkasnya.


Hide Ads