Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal juga menyatakan sudah saatnya pemerintah mendengar lebih banyak masukan dari pakar kesehatan atau epidemiologi soal kebijakan lockdown ini. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan solusi terbaik untuk menekan penyebaran wabah, di sisi lain dampak ekonomi bisa dicari solusinya.
Bila memang lockdown mau diberlakukan, yang terpenting menurutnya adalah kebijakan jaring pengaman sosial untuk menjaga daya beli masyarakat. Khususnya, yang menengah ke bawah.
"Bantuan sosial untuk masyarakat miskin dan UMKM perlu dipastikan kecukupan ketersediaannya dan juga distribusinya," ungkap Faisal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara makro, menjabarkan kondisi ekonomi kuartal II hingga bulan ini kemungkinan akan di rentang positif, melihat perkembangan konsumsi yang memang terjadi sejak awal tahun. Dia memprediksi Indonesia akan keluar dari resesi.
Namun, bila lockdown dilakukan sekarang, kemungkinan ekonomi kuartal III, tepatnya di bulan Juli-September yang akan terdampak dan kembali berada di zona negatif pertumbuhannya.
Nah bila pemberlakuan lockdown di kuartal III ternyata efektif dan bisa menekan laju kasus penularan COVID-19, di kuartal IV Indonesia akan tumbuh positif ekonominya.
"Tapi andaikan kemudian sebagai hasil dari lockdown pertambahan kasus penularan COVID bisa ditekan. Artinya kebijakan lockdown selama kuartal III efektif. Bisa jadi di kuartal IV sudah bisa kembali positif lagi, tak ada resesi lagi," papar Faisal.
(hal/ara)