Efek Samping buat Ekonomi Jika PPKM Mikro Gagal

Efek Samping buat Ekonomi Jika PPKM Mikro Gagal

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 24 Jun 2021 19:00 WIB
Pemerintah memperpanjang PPKM selama 2 pekan. Kali ini diberi nama PPKM Mikro. Harapannya bisa mengerem aktivitas warga.
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro guna meredam penyebaran COVID-19 yang belakangan mengganas. Meskipun seruan untuk lockdown cukup ramai di masyarakat.

Salah satu pertimbangan Jokowi memilih PPKM Mikro adalah faktor ekonomi. Lalu jika ternyata PPKM Mikro gagal, apa dampaknya ke ekonomi?

Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda sebelum menentukan kebijakan ada baiknya melihat terlebih dahulu penyebab ekonomi tertekan di masa pandemi. Menurutnya ada dua hal yang menjadi alasan utama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertama, mobilitas masyarakat sangat terbatas sehingga sebagian besar masyarakat menahan konsumsinya. Hal itu tercermin dari data konsumsi masyarakat yang menurun serta dana pihak ketiga di perbankan yang meningkat.

"Kenapa sih masyarakat enggan membelanjakan uangnya? Karena mereka khawatir pandemi masih terjadi, takut tertular, maka mereka menahan konsumsinya," ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (24/6/2021).

ADVERTISEMENT

Kedua, lanjut Huda, pendapatan masyarakat menurun. Penyebabnya di antaranya badai PHK, banyak pelaku usaha yang tutup dan lain sebagainya. Akibatnya pendapatan menurun.

Berdasarkan dua penyebab itu menurut Huda opsi lockdown merupakan pilihan yang tepat. Sebab virus COVID-19 yang menjadi akar utama permasalahan harus dituntaskan terlebih dahulu. Jika PPKM Mikro gagal mengatasi pandemi maka efeknya akan jauh lebih besar dan berkepanjangan ketimbang lockdown.

Huda juga memprediksi badai PHK akan kembali berlanjut jika pandemi COVID-19 tak kunjung selesai. Sebab PHK massal penyebabnya bukan kebijakan pengetatan sosial tapi karena pandemi itu sendiri.

"Penyebab utama dari PHK ya pemerintah tidak dapat menangani pandemi dengan benar. Pandemi tinggi masih buka wisata lah, ada kerja dari Bali lah, jadi kayak semacam mengkambinghitamkan PSBB. Mau PPKM Mikro pun juga banyak usaha yang tutup, ancaman PHK juga masih terjadi. Coba kalo di awal lockdown total. Industri masih bisa bertahan sekarang, badai PHK nggak terjadi," ucapnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Sementara Ekonom Center of Reform of Economics (CORE), Yusuf Rendi mengatakan, jika dilihat dari pengalaman sebelumnya memang negara-negara yang menerapkan lockdown mengalami kontraksi yang lebih dalam. Namun ketika berhasil menangani pandemi ekonominya kembali bergeliat.

"Jangan dilupakan juga bahwa ada juga negara yang juga menerapkan lockdown, tetapi berhasil tumbuh lebih stabil dibandingkan Indonesia, salah satunya Vietnam. Apalagi kalau kita lihat slope kenaikan yang sejauh ini sudah jauh lebih tinggi dibandingkan first wave, sehingga seharusnya pendekatan kebijakannya berbeda dengan sebelumnya," tuturnya.

Seharusnya pemerintah juga mendengarkan pada ahli epidemiologi yang skeptis terhadap kebijakan PPKM Mikro. Artinya kemungkinan besar kebijakan itu tidak ampuh meredam penyebaran virus Corona.

Lalu jika PPKM Mikro gagal menurut Yusuf akan ada beberapa dampaknya ke ekonomi. Pertama proses pemulihan ekonomi berpotensi terganggu, para pelaku usaha akan menahan laju produksi karena potensi penurunan permintaan dari masyarakat.

"Akibatnya beberapa indikator utama perekonomian seperti misalnya PMI, Indeks Kepercayaan Konsumen, dan Indeks Penjualan Riil berpeluang akan kembali melambat atau bahkan lebih buruk kembali ke level kontraksi," terangnya.

Kedua, dengan kenaikan kasus COVID-19 berarti persepsi resiko mengalami peningkatan. Dengan begitu akan muncul efek lainnya di pasar keuangan seperti keluarnya arus modal asing, dengan begitu maka potensi imbal hasil utang akan meningkat.


Hide Ads