Berprotein Tinggi, Permintaan Jamur Melonjak di Tengah Pandemi

Berprotein Tinggi, Permintaan Jamur Melonjak di Tengah Pandemi

Angga Laraspati - detikFinance
Kamis, 24 Jun 2021 19:47 WIB
Jamur
Ilustrasi/Foto: Dok. Kementan
Jakarta -

Potensi bisnis budi daya jamur bisa dikatakan sangat menjanjikan di tengah pandemi COVID-19. Pasalnya, jamur disebut mengandung unsur protein yang tinggi, sehingga sangat pas untuk menjadi menu konsumsi.

Jamur kini ditempatkan sebagai salah satu pangan alternatif yang digemari. Tak ayal jika di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Jogja dan Makassar menjamur restoran berbahan baku jamur.

Jamur juga banyak diolah menjadi berbagai varian masakan aneka jamur, keripik jamur, dan lain-lain. Karenanya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) telah menginstruksikan kepada Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto agar komoditas Hortikultura digenjot habis-habisan, terutama yang berpotensi ekspor. Menurut Prihasto, tingkat konsumsi jamur Indonesia meningkat di tengah pandemi COVID-19 ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wah, jamur ini potensi bisnis baru mas, banyak sekarang anak-anak muda yang melek dengan budi daya jamur. Ini permintaan pasar banyak, karena jamur itu mengandung unsur protein yang tinggi, jadi memang sangat pas menjadi menu konsumsi untuk meningkatkan asupan gizi di tengah pandemi ini," ungkap Prihasto dalam keterangan tertulis, Kamis (24/6/2021).

Peningkatan permintaan pasar komoditas hortikultura yang satu ini di masa pandemi juga diaminkan oleh petani jamur milenial asal Bantul-Yogyakarta Listya Minarti. Lulusan Ilmu Biologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini mengaku jika akhir-akhir ini kewalahan menghadapi permintaan konsumen jamur.

ADVERTISEMENT

"Permintaannya itu sampai 200 kg sehari, sementara saya hanya mampu nyiapin sekitar 90 kg, memang banyak banget permintaannya. Makanya saya berencana ke depannya nanti akan mengedukasi ibu-ibu rumah tangga untuk budi daya jamur di rumah yang bisa panen setiap saat. Semoga Kementan bisa membantu membangun rak jamur dari baja ringan," ucap perempuan yang akrab disapa Tya ini.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Tommy Nugraha mengapresiasi petani muda yang melirik budi daya jamur. Tommy tak menampik jika trend bisnis jamur ini akan semakin digemari anak-anak milenial, apalagi potensi ekspornya cukup bagus.

"Pokoknya saya jempol dua kalau ada anak muda yang memilih budi daya jamur, ini baru namanya out of the box, karena saya yakin sekali ini potensi pasarnya sangat bagus", ujar Tommy.

Langsung klik halaman berikutnya

Inilah yang dirasakan oleh pemilik restoran jamur dan agrowisata Je Jamuran yang berlokasi di Sleman-Yogyakarta, Ratijo. Sebelum membangun rumah produksi dan restoran jamur, Ratijo adalah seorang karyawan sebuah perusahaan pengelolaan jamur di Dieng-Jawa Tengah. Karena ingin usaha mandiri, pada tahun 90-an, Ratijo memberanikan diri untuk mundur dari tempat kerjanya dan merintis usaha jamur bersama istrinya.

"Yah awalnya memang berat, tapi saya berpikir bahwa jika kita menjadi karyawan terus, maka kita tidak bisa menikmati kehidupan yang lebih baik, apalagi membahagiakan banyak orang. Sejak saat itu saya memutuskan untuk membangun usaha ini, istri saya juga sangat mendukung, dan saya rasa dia ahlinya meracik bumbu," jelas Ratijo.

Pemilik usaha Je Jamuran itu juga tak menampik jika di era 90an saat ingin belajar budi daya jamur sangatlah sulit, karena akses transportasi dan informasi tidaklah semudah saat ini.

"Kalau dulu saya itu pernah berkunjung ke salah satu tempat produksi, rencananya mau nambah ilmu, tapi ndak dibolehin liat caranya, yah hanya sekedar lihat tempatnya saja terus pulang, sejak itu saya berjanji jika nanti sukses saya ingin membagi semua ilmu budidaya jamur. Saya percaya, semakin banyak membagi ilmu maka semakin banyak rezeki," katanya.


Hide Ads