GeNose Disebut Munculkan 'Negatif Palsu', Ini Kata Pengembangnya

GeNose Disebut Munculkan 'Negatif Palsu', Ini Kata Pengembangnya

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 25 Jun 2021 17:23 WIB
Pemkot Tangerang menggalakan uji tes COVID-19 untuk menekan penyebaran corona. Di Kelurahan Sudimara Barat, Kota Tangerang, tes dilakukan dengan metode Genose C19.
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Pemakaian GeNose sebagai salah satu satu syarat perjalanan menuai pro kontra belakangan ini di tengah meledaknya kasus COVID-19. Ada yang menilai, GeNose memiliki akurasi rendah, sehingga bisa mengeluarkan hasil 'negatif palsu'.

Dalam keterangannya, Juru Bicara GeNose C19, Mohamad Saifudin Hakim menjelaskan, GeNose terbukti dapat membantu masyarakat yang harus melakukan mobilitas. Sehingga tetap dapat memenuhi protokol kesehatan, khususnya saat berada di ruang publik.

Semua pihak termasuk peneliti dan pengembang, distributor, operator, maupun masyarakat pengguna perlu sama-sama dapat memastikan agar tata cara penggunaan alat GeNose C19 sesuai dengan SOP tersebut. Meski demikian, ia menyebut jika kondisi lingkungan belum ideal maka hasil tes bisa menunjukkan positif atau negatif palsu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika GeNose C19 dioperasikan ketika kondisi lingkungannya belum ideal dan syarat belum terpenuhi, maka hasil tes bisa menunjukkan 'low signal' atau memunculkan hasil positif maupun negatif palsu," jelasnya, Jumat (25/6/2021).

SOP GeNose C19 telah disampaikan melalui distributor-distributor dan kepada semua operator secara berkala. Misalnya, salah satu yang perlu diperhatikan adalah lokasi penempatan alat. GeNose C19 harus diletakkan di ruangan yang memiliki saturasi udara satu arah. GeNose C19 juga sudah memiliki fitur analisis lingkungan yang otomatis mengevaluasi saturasi partikel di sekelilingnya. Operator hanya perlu melakukan mode flushing untuk memeriksa udara atau lingkungan di sekitar alat selama 30 hingga 60 menit sebelum menjalankan alat.

ADVERTISEMENT

Software GeNose C19 akan memberi tanda pada layar monitor laptop bahwa lingkungan sudah mendukung atau belum. Tanda warna hijau dan tulisan GO artinya sudah bisa digunakan, sedangkan warna kuning atau merah dengan tanda seru berarti belum OK atau mendukunguntuk mengoperasikan GeNose C19.

"Jika memaksa GeNose C19 beroperasi ketika kondisi lingkungannya belum OK, maka hasil tes bisa tidak tepat. Sebagai pengembang GeNose C19, tim peneliti juga telah menyiapkan mekanisme pemantauan penggunaan alat, pemutakhiran perangkat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Secara berkala dan berkelanjutan serta terus disampaikan melalui produsen maupun distributor," tambah Hakim.

Saat ini GeNose C19 tengah menjalani proses validitas eksternal yang melibatkan tiga universitas. Uji validitas eksternal merupakan bagian dari post marketing analysis, yakni ketika GeNose C19 sudah digunakan oleh masyarakat umum. Uji validitas eksternal bertujuan untuk menambah data dan memperkuat kerja AI.

"Selain itu, uji validitas eksternal merupakan bagian dari continues improvement serta kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku, setelah alat kesehatan mendapat izin edar untuk penggunaan," kata Hakim.

Pakar di tiga universitas, yakni Universitas Andalas, Universitas Indonesia (UI), dan Universitas Airlangga (Unair) menjadi penguji independen alat GeNose C19.

"Ethical clearance sudah keluar untuk UI dan Unair," tutur Hakim.

Persetujuan etik bertujuan untuk memastikan penelitian GeNose C19 bekerja sesuai kaidah ilmiah. Seluruh penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek penelitian harus mendapatkan Ethical Clearance atau Keterangan Lolos Kaji Etik.

Uji validitas eksternal telah dimulai sejak bulan April di Universitas Andalas. Selanjutnya, Rumah Sakit UI memulai tahap uji tersebut pada bulan Juni. Kemudian, Unair dan RSUPN dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) akan mulai uji validitas eksternal GeNose C19 pada akhir bulan Juni 2021. Periode uji validitas ialah empat sampai enam bulan tergantung perjanjian dengan masing-masing institusi tersebut.

"Hasil uji validitas belum keluar, karena prosesnya masih berjalan," tutur Hakim.

Sebelumnya, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta agar penggunaanGeNosesebagai syarat perjalanan dihapus. Ia menilai, GeNose memiliki akurasi yang rendah. Rendahnya akurasi hasil tes GeNose ini mengkhawatirkan karena bisa menghasilkan hasil negatif yang palsu.

"Banyak kasus, akurasinya mengindikasikan rendah. Dikhawatirkan menghasilkan 'negatif palsu'," kata Tulus dalam keterangannya, Rabu (23/6/2021).


Hide Ads