Menurut jurnal kesehatan Ivermectin bisa diberikan ke pasien COVID-19 selama 1-5 hari melalui dosis terukur berdasarkan berat badan (200 mikrogram per 1 kg berat badan). Jika di hari ke-8 dan 10 dilakukan PCR test, maka minimal 80% pasien yang tadinya positif bisa menjadi negatif.
"Memang di luar negeri sudah dilakukan penelitian. Penggunaan Ivermectin untuk terapi COVID-19 di Indonesia masih baru. Kementerian Kesehatan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) terus melakukan uji coba berbagai obat untuk terapi COVID-19, termasuk Ivermectin," bebernya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini Indonesia mengalami serangan COVID-19 varian Delta yang memiliki karakteristik virus duplikasi sangat cepat. Dokter di India menurut jurnal yang dibaca Budhi menyebut, Ivermectin mampu untuk menurunkan jumlah pasien positif COVID-19.
Meski begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa ada efek samping dari Ivermectin seperti nyeri ulu hati. Hal itu dinilai hanya sebagian kecil dari rentang keamanannya, terbukti obat itu telah dipakai lebih dari 30 tahun.
"Pasien yang mendapatkan tambahan Ivermectin efektivitas sembuhnya 60% sampai 70% sehingga Ivermectin mampu menekan pasien COVID-19 di India. Memang ada pro dan kontranya. Dengan varian yang sama dengan India, kita harus mengambil pelajaran berharga di India, namun jika manfaat Ivermectin lebih banyak daripada mudaratnya, kenapa tidak kita coba. Kondisi saat ini bukan yang normal," kata Budhi.
Sementara, Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi menegaskan uji klinis Ivermectin baru akan dimulai prosesnya. Maka dari itu belum ada kejelasan hasil terkait keamanan maupun khasiat Ivermectin untuk terapi COVID-19.
"Belum (mulai uji Ivermectin). Baru akan dimulai," demikian tegas dr Nadia saat dikonfirmasi detikcom Selasa (22/6/2021).
Lebih lanjut, ia menegaskan obat Ivermectin tetap harus di bawah penanganan dokter. Pasalnya, tidak semua pasien kemudian membutuhkan Ivermectin.
"Ivermectin sudah ada izin edar dari BPOM, tapi cek indikasinya untuk apa ya," kata Nadia.
(aid/ara)