Barang Numpuk di Pelabuhan, Pengusaha: Ini Siapa yang Tanggung?

Barang Numpuk di Pelabuhan, Pengusaha: Ini Siapa yang Tanggung?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 14 Jul 2021 12:31 WIB
Kesibukan pelayanan bongkar muat di dermaga peti kemas ekspor impor (ocean going) milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dipastikan tetap berjalan maksimal di tengah persiapan menyambut kunjungan Ratu Kerajaan Denmark Margrethe II bersama suaminya, Prince Henrik , Jakarta, Kamis (15/10/2015). Ratu Margrethe II dan Price Henrik akan berkunjung ke lokasi ini pada pekan depan, Kamis (22/10). Seperti diketahui Maersk Line, salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia asal Denmark saat ini menjadi pengguna utama Pelabuhan yang dikelola Pelindo II. Kehadiran Ratu Denmark menunjukkan kepercayaan negara asing terhadap kualitas pelayanan pelabuhan di Indonesia. Dalam satu tahun kapasitas pelayanan bongkar muat Pelindo II mencapai 7,5 juta twenty-foot equivalent units (TEUs). Agung Pambudhy/Detikcom
Ilustrasi/Foto: agung pambudhy
Jakarta -

Pengusaha tergabung dalam Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mengeluh karena sistem kepabeanan Customs Excise Integrated System and Automation (CEISA) mengalami gangguan. Hal tersebut membuat barang-barang menumpuk di pelabuhan dan menimbulkan biaya.

CEISA sendiri merupakan aplikasi yang menghubungkan pengguna jasa dengan Bea Cukai. Adanya aplikasi ini diharapkan memenuhi segala kebutuhan kepabeanan dan cukai.

"Barang yang tidak bisa di proses dan sudah ada di pelabuhan, maka biaya penumpukan/storage charge-nya dihitung per hari. Nah ini siapa yang tanggung?" kata Ketua ALI Mahendra Rianto kepada detikcom, Rabu (14/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, lanjutnya, jika ada cacat dokumen karena kesalahan importir menjadi beban pengusaha. Menurutnya, hal itu tidak adil.

"Sementara kalau kita ada cacat dokumen karena kesalahan importir, maka kita yang juga kena beban, tidak fair ini," katanya.

ADVERTISEMENT

Dia menambahkan, industri juga bakal kehilangan peluang karena adanya masalah dari sistem tersebut. Sebab, produksi mengalami keterlambatan..

"Belum lagi lost opportunity, karena customer di industri tidak bisa produksi tepat waktu karena bahan bakunya tertahan," katanya.

Simak juga video 'Selama PPKM Darurat, Perjalanan Angkutan Logistik di Pelabuhan Meningkat':

[Gambas:Video 20detik]



(acd/eds)

Hide Ads