Nasib Buruh Isoman: Beli Obat Nggak Mampu, Mau Lapor Dilarang Perusahaan

Nasib Buruh Isoman: Beli Obat Nggak Mampu, Mau Lapor Dilarang Perusahaan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 15 Jul 2021 12:46 WIB
Presiden KSPI, Said Iqbal, hadir saat KSPI memberikan keterangan pers di hadapan awak media di Jakarta, Minggu (16/2/2020).
Said iqbal/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menyatakan banyak buruh yang terpapar COVID-19. Menurut survei internal KSPI, 10% lebih buruh di kawasan industri manufaktur terpapar COVID-19.

Presiden KSPI Said Iqbal memaparkan setidaknya di setiap pabrik ada ratusan buruh yang terpapar COVID-19. Dia menjelaskan ada satu perusahaan di Karawang mempekerjakan 1.700 buruh, setelah dites ada sekitar 200 buruh yang positif COVID-19.

"Rata-rata angka terpapar COVID-19 setelah PCR test 10% ke atas, ini mengkhawatirkan dan membahayakan kelangsungan dunia usaha dan nyawa buruh. Ini kami nggak mengada-ada, semua sesuai data dan fakta kami datangi di lapangan," ungkap Said Iqbal dalam konferensi pers virtual, Kamis (15/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, nasib nahas diterima para buruh yang terpapar COVID-19. Mereka diminta isolasi mandiri di rumah, namun tidak mendapatkan bantuan apapun dari perusahaan. Sementara itu, untuk melaporkan diri ke fasilitas kesehatan dilarang oleh perusahaan.

Masalahnya, kalau buruh-buruh ini melaporkan diri ke petugas kesehatan, yang ada pabrik tempat dia bekerja akan ditutup. Ujungnya, buruh itu sendiri yang nantinya justru harus dirumahkan atau dipotong gajinya.

ADVERTISEMENT

"Ketika ditemukan tracing kena COVID-19, mereka disuruh pulang dan isoman, ketika di rumah buruh nggak lapor agar dapat penanganan ke fasilitas kesehatan setempat. Dia ada wanti-wanti terselubung dari perusahaan, kalau kamu isoman jangan lapor ke satgas," papar Said Iqbal.

"Kalau dia lapor perusahaan ditutup sementara, perusahaan ini nggak mau. Bilangnya, kalau ditutup ada yang dirumahkan dan dipotong gaji, bahkan PHK," lanjutnya.

Simak video 'Wilayah Layanan Telemedicine Gratis Bagi Pasien Isoman Bakal Diperluas':

[Gambas:Video 20detik]



Berlanjut ke halaman berikutnya.

Alhasil selama 14 hari isolasi mandiri para buruh ini tidak mendapatkan obat ataupun vitamin, beberapa orang buruh juga disebut tak mampu membeli hal tersebut. Apalagi menurut Said Iqbal, harga obat juga naik tinggi.

Akhirnya, penanganan kesembuhan mereka tidak begitu baik dan menularkan ke orang rumah. Di beberapa kasus, bahkan berujung dengan kematian.

"Selama 14 hari mereka nggak bisa beli vitamin dan obat obatan, itu butuh uang. Uang mereka pas-pasan dan nggak dapat bantuan dari kantornya. BPJS juga nggak nanggung hal itu, akhirnya menular lah ke keluarga, jadi kluster buruh," ungkap Said Iqbal.

"Bahkan ada yang berujung kematian, makanya isoman ini tinggi angka kematiannya, bisa jadi dia ini buruh," katanya.

Dia pun memaparkan sudah ada beberapa perusahaan yang karyawan meninggal karena COVID-19. Salah satu perusahaan otomotif di Bekasi sudah ada 15 orang buruh yang meninggal, perusahaan lainnya di Bandung ada 5 orang, bahkan di Purwakarta ada 20 orang buruh meninggal dalam satu perusahaan karena COVID-19.


Hide Ads