Alhasil selama 14 hari isolasi mandiri para buruh ini tidak mendapatkan obat ataupun vitamin, beberapa orang buruh juga disebut tak mampu membeli hal tersebut. Apalagi menurut Said Iqbal, harga obat juga naik tinggi.
Akhirnya, penanganan kesembuhan mereka tidak begitu baik dan menularkan ke orang rumah. Di beberapa kasus, bahkan berujung dengan kematian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama 14 hari mereka nggak bisa beli vitamin dan obat obatan, itu butuh uang. Uang mereka pas-pasan dan nggak dapat bantuan dari kantornya. BPJS juga nggak nanggung hal itu, akhirnya menular lah ke keluarga, jadi kluster buruh," ungkap Said Iqbal.
"Bahkan ada yang berujung kematian, makanya isoman ini tinggi angka kematiannya, bisa jadi dia ini buruh," katanya.
Dia pun memaparkan sudah ada beberapa perusahaan yang karyawan meninggal karena COVID-19. Salah satu perusahaan otomotif di Bekasi sudah ada 15 orang buruh yang meninggal, perusahaan lainnya di Bandung ada 5 orang, bahkan di Purwakarta ada 20 orang buruh meninggal dalam satu perusahaan karena COVID-19.
(hal/ara)