Pemerintah sempat menaruh optimisme untuk tahun 2021, mulai dari penanganan pandemi virus Corona (COVID-19) hingga pertumbuhan ekonomi. Namun seiring berjalannya waktu, keyakinan itu pudar.
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya menyatakan kasus COVID-19 di Indonesia terkendali. Bahkan dia menantang orang yang tak percaya datang langsung ke dirinya untuk ditunjukkan data bahwa kondisi COVID-19 di Indonesia terkendali.
"Jadi kalau ada yang berbicara bahwa tidak terkendali keadaannya, sangat-sangat terkendali. Jadi yang bicara tidak terkendali itu bisa datang ke saya, nanti saya tunjukin ke mukanya bahwa kita terkendali, jadi semua kita laksanakan," kata Luhut, Senin (12/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tak lama berselang Luhut mengungkap varian Delta COVID-19 tidak bisa dikendalikan di Indonesia. Dia pun menyebut kondisi ini sudah diprediksi oleh pemerintah.
"Nah ini saya mohon supaya kita paham, bahwa varian Delta ini varian yang tidak bisa dikendalikan," kata Luhut konferensi pers virtual, Kamis (15/7/2021).
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, semula Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mematok angka 6,5% pada kuartal III-2021. Namun perkembangan terkini membuatnya ragu itu bisa tercapai.
Target pertumbuhan ekonomi Indonesia di 6,5% pada kuartal III-2021 terancam gagal tercapai karena adanya PPKM Darurat yang berlaku 3-20 Juli.
"Kalau normal baseline kita di 6,5% kuartal III, tapi dengan ini sebelum terjadi PPKM Darurat. Jadi pasti nanti dengan PPKM Darurat, tergantung dari berapa lamanya tentu akan mengalami penurunan di bawah 6,5%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Jumat (2/7/2021).
Dijelaskannya, kebijakan PPKM Darurat relatif lebih ketat dibandingkan PPKM Mikro yang berlaku sebelumnya. Oleh karenanya, itu berpotensi menyebabkan pertumbuhan ekonomi melemah.
Bahkan pihaknya merevisi target pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 dari 4,5-5,3% menjadi 3,7-4,5%. Itu terungkap dalam bahan bahan paparan Sri Mulyani dengan Banggar DPR RI..
"Keseluruhan tahun diproyeksikan 3,7-4,5% setelah menyesuaikan dinamika lonjakan kasus COVID-19 sejak pertengahan Juni," demikian bunyi bahan paparan Sri Mulyani.
(toy/ara)