Obat Langka di Tengah Lonjakan COVID-19, Pengusaha Buka Suara

Obat Langka di Tengah Lonjakan COVID-19, Pengusaha Buka Suara

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 21 Jul 2021 15:11 WIB
ilustrasi obat
Ilustrasi/Foto: iStock
Jakarta -

Pengusaha farmasi buka suara soal kelangkaan obat yang terjadi di tengah lonjakan kasus COVID-19. Selama kasus terus meningkat belakangan ini, obat-obatan juga dilaporkan mulai berkurang stoknya dan mengalami kelangkaan.

Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Andreas Bayu Aji menjelaskan kelangkaan yang terjadi murni karena masalah pasokan dan permintaan. Ketersediaan obat-obatan tidak dapat memenuhi permintaan yang melonjak secara tiba-tiba.

Andreas mengatakan selama beberapa waktu terakhir permintaan obat naik hingga lima kali lipat sejak bulan Juni. Namun sayangnya, stok obat nasional diakui memang kurang siap menghadapi lonjakan permintaan yang terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terkait obat, bukan hilang, ini masalah supply dan demand. Kita ini tidak pernah bisa memprediksi ada peningkatan hampir lima kali kalau menurut data di kami. Jadi ketika di awal Juni COVID-19 itu meningkat, otomatis peningkatan obat meningkat dan kita tidak siap," papar Andreas dalam konferensi pers virtual Apindo-Kadin, Rabu (21/7/2021).

"Jadi itu masalah supply dan demand sehingga ada yang bilang hilang, padahal memang supply-nya aja nggak siap," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Saat ini, pihaknya pun sudah mulai bergerak mengatasi masalah kekurangan stok obat. Dia bilang kapasitas produksi pabrik farmasi mulai digenjot, bahkan beroperasi 24 jam dalam 3 shift.

"Sekarang apa yang dilakukan oleh anggota kami di GP Farmasi Indonesia? Sudah satu dua minggu terakhir ini kita berupaya meningkatkan kapasitas produksi. Beberapa pabrik bahkan sudah 3 shift, 24 jam bekerja, kita genjot. Beberapa perusahaan farmasi, produsen obat, sudah berupaya itu," ungkap Andreas.

Lihat video 'Larangan Keras BPOM soal Promosi Ivermectin sebagai Obat COVID-19':

[Gambas:Video 20detik]



Pada 2-3 minggu ke depan obat tak langka lagi. Cek halaman berikutnya.

Pihaknya pun juga sudah meminta kemudahan impor bahan baku obat. Andreas mengatakan 90% bahan baku obat memang harus diimpor. Saat ini, dukungan dari Bea Cukai juga sudah didapatkan di Bandara Soekarno-Hatta sebagai tempat kedatangan impor bahan baku.

"Minggu lalu sempat terkendali bahan baku beberapa produk impor obat, tapi sudah solve, karena waktu itu sempat ada problem terkait sistem di sana," kata Andreas.

Andreas mengatakan apabila kelangkaan masih terjadi, pihaknya saat ini memang butuh waktu untuk melakukan proses penyediaan obat. Dia menjamin 2-3 minggu ke depan, kelangkaan obat tak akan lagi terjadi di Indonesia.

Beberapa obat pun ada yang masih harus diimpor sebagai barang jadi, menurut Andreas untuk mendapatkannya cukup sulit saat ini. Pasalnya, importir obat di Indonesia juga mesti bersaing dengan importir obat dari negara lain untuk bisa mendapatkan obat yang bisa diimpor.

Meski begitu, dia mengatakan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan juga ikut membantu melobi beberapa produsen obat luar negeri.

"Kita harus berebut. Karena yang butuh obat tersebut tidak hanya di Indonesia, jadi kita harus bisa melobi prinsipal luar negeri," ujar Andreas.


Hide Ads