Sudah Sepekan Stok Obat Terapi COVID-19 di Pasar Pramuka Kosong!

Sudah Sepekan Stok Obat Terapi COVID-19 di Pasar Pramuka Kosong!

Siti Fatimah - detikFinance
Rabu, 21 Jul 2021 15:17 WIB
Warga berbelanja kebutuhan obat dan medis di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (30/6). Membludaknya permintaan kebutuhan medis itu akibat lonjakan kasus Corona di Ibu Kota.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Pedagang obat-obatan di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur mengungkapkan stok obat terapi COVID-19 mengalami kekosongan. Padahal, pasar tersebut merupakan sentra penjualan obat dan alat kesehatan di DKI Jakarta.

"Seperti jawaban-jawaban saya minggu lalu, sama saja, kosong. Dulu nggak laku, barang nggak laku jadi stoknya kita juga nggak banyak-banyak," kata Ketua Harian Himpunan Pedagang Farmasi Pasar Pramuka Yoyon kepada detikcom, Rabu (21/7/2021).

Dia mengatakan, selain 11 obat terapi COVID-19 yang dicari, masyarakat juga banyak yang membeli vitamin C. Di tengah kondisi stok yang kosong, pedagang mengatakan, stok di distributor pun kosong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari distributornya nggak ada, kawan-kawan saya mau beli lagi jawabannya kosong. Udah gitu aja," ujarnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, pembelian obat terapi COVID-19 di Pasar Pramuka harus disertai resep dokter. Kemudian, sampai saat ini permintaan masih tinggi namun berkurang jauh dari sebelumnya.

ADVERTISEMENT

"Sampai sekarang masih banyak yang mencari tapi sudah berkurang jauh. Karena kan pemerintah sudah mengadakan proyek pasar di Kimia Farma kan, jadi sudah mengarah ke Kimia Farma semuanya," ujarnya.

Akhirnya, kata dia, pedagang tak memaksakan untuk mengisi stok khusus obat terapi COVID-19. Yoyon mengusulkan kepada pemerintah agar turut terlibat dalam pendistribusian obat-obatan tersebut.

"Nggak ada pun nggak masalah bagi kita, kalau ada pun kami jual kalau nggak ada ya nggak jual, cuman kami pedagang hanya bisa mengusulkan pemerintah untuk terlibat dalam pendistribusian obat ini. Baik dari produsen ke distributor, ke Pedagang Besar Farmasi baru ke kami. Kami perlu pengawalan itu," jelasnya.

Simak juga video 'Larangan Keras BPOM soal Promosi Ivermectin sebagai Obat COVID-19':

[Gambas:Video 20detik]



lanjutkan membaca ke halaman berikutnya

Terakhir, Pedagang Pasar Pramuka menyanggupi jika suatu waktu pemerintah membutuhkan bantuan dalam pelayanan obat terapi COVID-19 dengan harga eceran tertinggi (HET) yang sudah ditentukan Kementerian Kesehatan.

"Kami bersyukur bahwa Pak Luhut merespons dan pemerintah akan mengawal pendistribusian itu, sementara ini baru diberikan ke Kimia Farma, kan tujuan pemerintah. Andaikata Kimia Farma juga nggak sanggup untuk melayani masyarakat kami siap membantu dengan harga yang sudah ditentukan pemerintah," pungkasnya.

Seperti diketahui, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sudah merilis harga eceran tertinggi (HET) untuk 11 jenis obat-obatan, yakni:
1. Favipiravir 2OO mg (Tablet) Rp.22.500 per tablet,
2. Remdesivir IOO mg (Injeksi) Rp.510.000 per vial,
3. Oseltamivir 75 mg (Kapsul) Rp.26.000 per kapsul,
4. lntravenous Immunoglobulin 5% 50 ml (lnfus) Rp.3.262.300 per vial,
5. lntravenous Immunoglobulin 10% 25 ml (Infus) Rp.3.965.000 per vial.
6. lntravenous Immunoglobulin l07o 5O ml (Infus) Rp.6.174.900 per vial,
7. Ivermectin 12 mg (Tablet) Rp.7.500 per tablet,
8. Tocilizrrmab 4O0 mg/20 ml (Infus) Rp.5.710.600 per vial,
9. Tocilizumab 8o mg/4 ml (Infus) Rp.1.162.200 per vial,
10. Azithromycin 50O mg (Tablet) Rp.1.700 per tablet,
11. Azithromycin 50O mg (Infus) Rp.95.400 per vial

(zlf/zlf)

Hide Ads