Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 menjadi 3,9%. Ramalan itu lebih rendah 40 basis points (bps) jika dibandingkan dengan perkiraan edisi April 2021 yang masih bisa 4,3%.
Indonesia tidak menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang mengalami revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi untuk negara berkembang pun mengalami koreksi sebesar 0,4%.
"Sebagian besar pertumbuhan (ekonomi) mengalami koreksi ke bawah untuk ekonomi berkembang di kawasan Asia," kata IMF dalam laporan World Economic Outlook terbaru edisi Juni 2021, Rabu (28/7/2021).
Secara keseluruhan, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global di kisaran 6% untuk 2021, tidak berubah dibandingkan dengan proyeksi April lalu, Sementara pada 2022, perekonomian global diperkirakan tumbuh 4,9%.
"Meski tahun 2021 proyeksi tidak berubah dari April lalu, terdapat revisi yang menjadi penyeimbang antara negara maju dan berkembang. Hal ini menunjukkan perbedaan dari perkembangan pandemi dan pergeseran kebijakan," ucapnya.
Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menilai wajar jika IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal itu berkenaan dengan kondisi pandemi dan dampak yang dibawa bagi ekonomi.
"Saya kira sudah sewajarnya IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 3.9%. Adanya second wave yang memaksa PPKM Darurat sekarang ini sudah pasti berdampak negatif terhadap ekonomi. Konsumsi jelas akan menurun," kata Piter kepada detikcom.
CORE sendiri memiliki proyeksi untuk tahun 2021 berada di bawah proyeksi IMF yaitu 2,5% sampai 3,5%. "Ini sudah dinilai sangat optimistic karena kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan 2, 3 dan 4 masih akan positif walaupun dihantam second wave. Tetapi secara full year tidak akan lebih dari 3.5%," ujarnya.
Senada, Director Political Economy & Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengatakan proyeksi IMF hampir mustahil dapat dicapai oleh pemerintah. Apalagi di tengah PPKM yang dinilainya berpengaruh pada tingkat konsumsi rumah tangga dan faktor lain.
"Saya rasa hampir mustahil. Perkiraan ini (IMF 3,9%) masih terlalu tinggi. IMF sudah seringkali revisi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke bawah, artinya perkiraannya sering kali meleset jauh," kata Anthony.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dibuat PEPS justru diperkirakan hanya menyentuh 1,2% untuk tahun 2021. "Ya saya perkirakan -1% hingga +1,2%," tutupnya.