Ancaman Jakarta tenggelam kembali bergaung setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyinggungnya belum lama ini. Lalu apakah Indonesia hanya duduk diam melihat Ibu Kotanya tenggelam?
Sebelumnya konsultan risiko Verisk Maplecroft menyebut DKI Jakarta sebagai kota yang paling cepat tenggelam. Masih dari laporan tersebut, mencatat dari 100 kota terpadat 99 kota diantaranya berada di Asia, sementara Eropa menjadi rumah bagi 14 dari 20 kota teraman.
Banyak kajian yang menyebut ibu kota Indonesia ini akan tenggelam akibat penurunan permukaan tanah dan naiknya permukaan laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriyatna mengungkapkan ada 2 cara agar DKI Jakarta tak tenggelam di 2050. Pertama, segera merealisasikan proyek pembangunan tanggul pengaman pantai atau giant sea wall di wilayah Jakarta Utara.
Proyek Pengembangan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara (PTPIN)/ National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) menjadi suatu keharusan. Permukaan tanah Jakarta setiap tahunnya turun 2 cm sampai dengan 20 cm, rata-rata penurunannya mencapai 7,5 cm setiap tahunnya.
Proyek NCICD ini sebenarnya membentang di 3 provinsi yakni Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Dari proyek yang berstatus darurat itu, Kementerian PUPR mendapatkan penugasan untuk membangun sepanjang 4,5 km yang terbagi menjadi 2 paket.
Paket 1 tengah dikerjakan sepanjang 2.300 meter di Kelurahan Muara Baru (Pluit), Penjaringan, Jakarta Utara, nilainya mencapai Rp 379 miliar. Progresnya sudah mencapai 59,3%.
Lalu untuk paket 2 berada di Kalibaru, Cilincing sepanjang 2.200 meter dengan nilai Rp 405 miliar. Progresnya sudah mencapai 57% dan ditargetkan selesai pada semester 1 2018