Membedah Komponen Pertumbuhan Ekonomi RI yang Melejit 7%

Membedah Komponen Pertumbuhan Ekonomi RI yang Melejit 7%

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 06 Agu 2021 10:17 WIB
mentor keuangan
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat cukup brilian hingga tembus 7,07% secara tahunan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal II 2021. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membedah secara rinci bagaimana sejumlah komponen ekonomi menopang catatan positif tersebut.

Faktor utama yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi RI, kata Sri Mulyani, adalah pertumbuhan dari sisi investasi atau penanaman modal.

Komponen investasi menurut datanya, mencatatkan pertumbuhan tinggi yaitu 7,54%. Hal ini terutama ditopang oleh investasi di sektor bangunan yang sejalan dengan realisasi belanja modal pemerintah yang relatif tinggi dengan pertumbuhan 90% pada triwulan II.
Komponen selanjutnya adalah kinerja ekspor dan impor yang juga terus menunjukkan pemulihan seiring dengan tren pemulihan geliat ekonomi global dan negara-negara mitra dagang Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kinerja ekspor dan impor juga mengalami pertumbuhan atau lonjakan yang sangat tajam yaitu masing-masing tumbuh 31,7 8% dan untuk impor 31,22%. Keduanya sudah positif pada triwulan pertama jadi ini adalah momentum rebound dan recovery yang sangat cepat," bebernya.

Dari sisi produksi, lanjut Sri Mulyani, arah pemulihan ekonomi juga menunjukkan gambaran yang cukup menggembirakan dan pertumbuhan yang merata. Penguatan kinerja pertumbuhan pada triwulan 2 2021 bersifat merata di mana hampir seluruh sektor mampu tumbuh positif dan cukup besar.

ADVERTISEMENT

"Sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sekitar 20% terhadap produk domestik bruto nasional kita dan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi telah mampu tumbuh pulih di 6,58% year-on-year. Hal ini juga sejalan dengan tren penguatan PMI Indonesia yang masuk dalam zona ekspansif sampai dengan bulan Juni," jelas dia.

Sektor utama lainnya yakni sektor perdagangan dan konstruksi juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan dimana perdagangan tumbuh 9,44% dan konstruksi tumbuh 42%.

Sektor-sektor yang menunjang aktivitas pariwisata yang terdampak sangat dalam pada tahun lalu akibat konflik pada kuartal 2 menunjukkan kenaikan atau kinerja yang signifikan.

Sektor transportasi dan pergudangan tumbuh 25,1% dan sektor akomodasi makanan dan minuman tumbuh sebesar 21,58%.

"Memang kedua sektor ini pada kuartal dua tahun lalu memiliki base kontraksi yang sangat dalam jadi kenaikan doubel digit yang sangat kuat juga disebabkan karena base effect tahun lalu," sambung mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.

Selain itu, terlihat juga sektor jasa keuangan yang mulai tumbuh 8,35%. Sejalan dengan menguatnya harga komoditas di level Global maka sektor pertambangan juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,22%.

"Kalau dilihat secara spasial perbaikan kinerja pertumbuhan ekonomi nasional didukung oleh seluruh wilayah yang kembali pada masuk di dalam zona pertumbuhan positif. Pulau Jawa yang memberikan kontribusi 57,92% dari PDB nasional bahkan tumbuh sangat tinggi yaitu 7, 88% sementara yang lain bervariasi Namun semua dalam pemulihan dan ribbon yang cukup kuat," tandasnya.

(dna/dna)

Hide Ads