Batik asal Sukoharjo, Jawa Tengah tak cuma tenar di dalam negeri. Tapi juga mampu menembus pasar internasional seperti Amerika Serikat, Kanada sampai Myanmar.
Pemiliknya adalah Andri Setyawan, melalui CV Pria Tampan, Andri berhasil menjual batik-batiknya sampai ke negeri Paman Sam.
Dalam Webinar UMKM Naik Kelas dengan Ekspor Berkelas Andri menceritakan batik produksinya dikirimkan ke Amerika. "Kita banyak kirim ke Amerika, Kanada dan Myanmar. Untuk AS dan Kanada itu hampir mirip tapi Myanmar beda. Karena untuk kirim ke sana kita harus tahu end usernya akan menggunakan untuk apa," kata dia, Kamis (12/8/2021).
Andri mengatakan di Amerika orang-orangnya sangat menghargai hasil handmade atau barang yang diproduksi tanpa mesin. Di sana banyak kerajinan yang menggunakan bahan dasar batik bahkan sampai banyak lomba.
"Mereka senang dengan batik, membuat lukisan seperti lukisan alam. Kalau di bati kita kan ada warna solid ya seperti cokelat muda, cokelat tua dan ada gradasi warnanya, mereka senang sekali," imbuh dia.
Untuk menentukan target pasar di sebuah negara tujuan ekspor, pelaku usaha harus gencar melakukan riset untuk mencari informasi apa-apa saja yang disukai di tempat tersebut.
Batik Pria Tampan ini awalnya banyak diprotes oleh ibu-ibu di Sukoharjo. Karena disebut spesifik dengan laki-laki saja. "Banyak yang protes dari ibu-ibu, ini pria tampan nggak ada baju buat kita (perempuan). Tapi sekarang kenyataanya 70% untuk pasar domestik itu untuk perempuan dan sisanya untuk laki-laki," jelas dia.
Dalam menjalankan usahanya ini, Andri memang tidak memiliki latar belakang sekolah bisnis. Dia merupakan lulusan Hukum. Namun dia sudah tertarik bisnis sejak masih kuliah, bahkan dia sering menjual barang yang dia ambil dari Solo untuk kemudian dijual di Jogja.
Sebelumnya Batik Pria Tampan ini terus memenuhi kebutuhan perusahaan retailer yang ada di sana dengan rata-rata pengiriman 5 kontainer per bulannya, senilai US$ 160 ribu atau setara dengan Rp 2,32 miliar (asumsi kurs Rp 14.500) Bahkan pada bulan April pengiriman itu meningkat mencapai 7 kontainer bernilai US$ 220 ribu atau Rp 3,19 miliar.
Selain memiliki pelanggan tetap, produk Kain Batik Cap milik Andri ini juga diakui memiliki keunikan berupa bulir-bulir putih yang timbul pada kain yang berasal dari proses pewarnaan kain.
Bulir-bulir putih tersebut atau disebut Bubbling Effect ini membuat karakteristik Kain Batik Cap miliknya memiliki daya tarik tersendiri bagi para pembelinya. Di Amerika Serikat dan Kanada produk Kain Batik Cap digunakan sebagai penunjang dekorasi rumah.
Untuk melewati masa sulit pandemi ini, Andri mendapatkan dukungan pembiayaan LPEI melalui program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) bagi UMKM Berorientasi Ekspor sangat berarti bagi keberlangsungan operasional usahanya.
"Kami tetap harus beroperasi bukan hanya demi kepentingan bisnis ini agar dapat terus berjalan, tapi juga demi para pekerja yang menggantungkan harapan dan kesejahterannya disini serta perusahaan subkontrak yang menjalin kerjasama dengan kami. Dukungan PKE ini memberikan manfaat yang sangat berarti bagi kami. Kami dapat terus berproduksi dan memenuhi permintaan para pembeli tanpa harus khawatir kekurangan modal kerja," ujar dia.
(kil/zlf)