RI-Nigeria Lagi 'Panas', Siapa Lebih Jago Urusan Dagang?

RI-Nigeria Lagi 'Panas', Siapa Lebih Jago Urusan Dagang?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 13 Agu 2021 07:00 WIB
Kesibukan pelayanan bongkar muat di dermaga peti kemas ekspor impor (ocean going) milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II dipastikan tetap berjalan maksimal di tengah persiapan menyambut kunjungan Ratu Kerajaan Denmark Margrethe II bersama suaminya, Prince Henrik , Jakarta, Kamis (15/10/2015). Ratu Margrethe II dan Price Henrik akan berkunjung ke lokasi ini pada pekan depan, Kamis (22/10). Seperti diketahui Maersk Line, salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia asal Denmark saat ini menjadi pengguna utama Pelabuhan yang dikelola Pelindo II. Kehadiran Ratu Denmark menunjukkan kepercayaan negara asing terhadap kualitas pelayanan pelabuhan di Indonesia. Dalam satu tahun kapasitas pelayanan bongkar muat Pelindo II mencapai 7,5 juta twenty-foot equivalent units (TEUs). Agung Pambudhy/Detikcom
Foto: agung pambudhy
Jakarta - Insiden keributan diplomat asal Nigeria dengan petugas imigrasi di Jakarta menjadi polemik. Nigeria pun langsung meminta diplomatnya pulang kampung untuk dimintai keterangan.

Alhasil, hubungan diplomatik antara Nigeria dan Indonesia pun jadi bermasalah. Di sektor perekonomian, RI dan Nigeria sendiri memiliki hubungan dagang yang terjalin dengan baik. Bagaimana statistiknya?

Dilihat dari neraca perdagangan yang diterbitkan BPS, per 2020 perdagangan Indonesia defisit US$ 459,8 juta dengan Nigeria atau sekitar Rp 6,6 triliun (dalam kurs terkini Rp 14.400).

Rinciannya, Indonesia hanya mampu mengekspor sebanyak US$ 371 juta, sedangkan impor yang dilakukan jauh lebih banyak sebesar US$ 830,7 juta.

Dalam catatan detikcom, Nigeria merupakan salah satu penyuplai minyak ke Indonesia. Dikutip dari 'Kerjasama Bilateral Indonesia dan Nigeria dalam Bidang Minyak' yang ditulis oleh Debora Stephanie, hubungan RI dengan Nigeria sudah berlangsung sejak tahun 1965.

Sejak 1974 yang menjadi produsen minyak terbesar ke 6 di dunia, serta memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar Amerika Serikat dalam sektor migas dengan menjadi produsen minyak bumi kedua setelah Arab Saudi, dianggap dapat memberikan keuntungan terhadap perekonomian Indonesia.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pernah melakukan pertemuan kenegaraan dengan Presiden Nigeria, HE Olusegun Obasanjo pada pertemuan KTT D-8 pada tanggal 12 Mei 2006 di Bali. Kedua pemimpin tersebut sepakat dan berkomitmen untuk menjalin hubungan kerjasama di bidang energi khususnya minyak.

Dalam catatan BPS terkini, hingga 2020, Nigeria sendiri telah mengimpor komoditas minyak bumi dan hasilnya ke Indonesia sebanyak 2,3 juta ton. Impor minyak terbanyak Nigeria tercatat pada tahun 2002 dengan total impor sebanyak 5,6 juta ton.

Di 2020 bila diuangkan, impor minyak dari Nigeria senilai US$ 780,6 juta atau berkisar Rp 11,2 triliun.

Sementara itu, Nigeria juga merupakan destinasi utama investasi Indonesia di Afrika dengan terdapat sekitar 14 perusahaan Indonesia yang berinvestasi di negara tersebut.

Berbagai produk buatan perusahaan Indonesia, seperti mi instan, ban radial, beserta produk farmasi dan herbal, sangat dikenal di Nigeria. Bahkan laporan Kantor WorldPanel pada 2017 menyebut Indomie menjadi salah satu merek terfavorit di sana. (hal/eds)


Hide Ads