Pengguna Internet of Things (IoT) di Indonesia cenderung meningkat seiring dengan maraknya implementasi saat pandemi COVID-19. IoT diaplikasikan untuk gedung cerdas (smart building) dan rumah pintar (smart home) untuk memudahkan akses fitur hiburan (entertainment), interkoneksi gawai (gadget), dan pemantauan keamanan gedung atau rumah.
"Di sektor industri pemanfaatan IoT juga meningkat sejalan dengan otomasi dan remote production yang saat ini menjadi keharusan untuk tetap bisa memantau hingga mengontrol mesin produksinya," kata Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), Teguh Prasetya, Jumat (13/8/2021).
Nilai pasar IoT, menurut ASIOTI, diestimasikan senilai US$ 40 miliar pada 2025. Ada tiga sektor yang atraktif menggunakan perangkat yang terhubung dengan internet atau IoT di masa pandemi ini, yakni kesehatan, pertanian dan energi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama, digital healthcare tumbuh dengan demikian pesat, misalnya untuk mulai ke retail market thermal detection, kemudian remote monitoring tumbuh dengan pesat," ujarnya.
Demikian pula di sektor kesehatan yg digunakan untuk tindakan preventif, penanganan dan pemantauan. Peningkatan juga terjadi di sektor pertanian dan peternakan yang membantu untuk menurunkan biaya operasional, meningkatkan kapasitas produksi hingga meningkatkan penjualannya.
Teguh menilai dukungan pemerintah dalam pengembangan ekosistem IoT cukup besar, antara lain sosialisasi dan edukasi serta pembinaan kepada industri, masyarakat hingga pemasok dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Ketenagakerjaan, dan lainnya.
Demikian juga dukungan regulasi mulai dari terbitnya KM 1 2019- Kominfo, PM 300-2020 untuk SKKNI IOT dari Kemnaker serta SNI IOT tahun 2020 dari BSN.
Ia menyebutkan anggota ASIOTI, yakni PT Miota International Technologi, sudah berhasil menerapkan smartmeter listrik dua arah berbasis IoT sebanyak 50.000 rumah di daerah Musi Banyuasin bekerja sama dengan PLN dan BUMD setempat, yakni PT Muba Electric Power (MEP).