Efek COVID-19, Sektor Kesehatan-Pertanian Pakai Teknologi Serba Otomatis

Efek COVID-19, Sektor Kesehatan-Pertanian Pakai Teknologi Serba Otomatis

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 13 Agu 2021 14:49 WIB
Internet of Things IoT
Foto: istimewa/internet
Jakarta -

Pengguna Internet of Things (IoT) di Indonesia cenderung meningkat seiring dengan maraknya implementasi saat pandemi COVID-19. IoT diaplikasikan untuk gedung cerdas (smart building) dan rumah pintar (smart home) untuk memudahkan akses fitur hiburan (entertainment), interkoneksi gawai (gadget), dan pemantauan keamanan gedung atau rumah.

"Di sektor industri pemanfaatan IoT juga meningkat sejalan dengan otomasi dan remote production yang saat ini menjadi keharusan untuk tetap bisa memantau hingga mengontrol mesin produksinya," kata Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI), Teguh Prasetya, Jumat (13/8/2021).

Nilai pasar IoT, menurut ASIOTI, diestimasikan senilai US$ 40 miliar pada 2025. Ada tiga sektor yang atraktif menggunakan perangkat yang terhubung dengan internet atau IoT di masa pandemi ini, yakni kesehatan, pertanian dan energi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama, digital healthcare tumbuh dengan demikian pesat, misalnya untuk mulai ke retail market thermal detection, kemudian remote monitoring tumbuh dengan pesat," ujarnya.

Demikian pula di sektor kesehatan yg digunakan untuk tindakan preventif, penanganan dan pemantauan. Peningkatan juga terjadi di sektor pertanian dan peternakan yang membantu untuk menurunkan biaya operasional, meningkatkan kapasitas produksi hingga meningkatkan penjualannya.

ADVERTISEMENT

Teguh menilai dukungan pemerintah dalam pengembangan ekosistem IoT cukup besar, antara lain sosialisasi dan edukasi serta pembinaan kepada industri, masyarakat hingga pemasok dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Ketenagakerjaan, dan lainnya.

Demikian juga dukungan regulasi mulai dari terbitnya KM 1 2019- Kominfo, PM 300-2020 untuk SKKNI IOT dari Kemnaker serta SNI IOT tahun 2020 dari BSN.

Ia menyebutkan anggota ASIOTI, yakni PT Miota International Technologi, sudah berhasil menerapkan smartmeter listrik dua arah berbasis IoT sebanyak 50.000 rumah di daerah Musi Banyuasin bekerja sama dengan PLN dan BUMD setempat, yakni PT Muba Electric Power (MEP).

Smart meter dua arah yang diaplikasikan oleh PT Miota ini memudahkan pelanggan dan produsen listrik memantau pasokan listrik. Dampaknya berupa kemudahan cara bayar dan kepastian soal biaya yang dibayarkan pelanggan, mencegah penyelewengan akses dan distribusi listrik, dan mengurangi tunggakan tagihan pelanggan. Karena sistem pembayarannya terkoneksi melalui aplikasi di piranti bergerak (mobile) yang dikelola PT Miota.

"Melalui aplikasi Muba Listrik Pintar pelanggan dapat memantau dan mengendalikan tingkat pemakaian listrik secara harian lewat aplikasi, sehingga berdampak positif berupa berkurangnya tunggakan pembayaran," kata Direktur PT MEP, Augie Bunyamin.

Teguh meyakini keberhasilan PT Miota mengelola kelistrikan pelanggan PLN di Musi Banyuasin ini akan menjadi proyek percontohan bagi PLN di seluruh Indonesia. "Setelah smart meter listrik, tentunya sektor smart meter air minum dan smart meter gas yg sudah ada Standardisasi SNI nya juga menjadi target berikutnya," tambah dia.

Teguh memperkirakan ke depan dengan dukungan pengembangan teknologi baru di bidang chipset, sensor, perangkat, jaringan, platform hingga aplikasinya untuk semua sektor tuntutan untuk pemanfaatan IoT akan semakin meningkat. Baik baik rumahtan tagga, industri dan terutama pemerintahan.

"Terlebih dengan perluasan penetrasi jaringan 5G yang menjanjikan. Tidak hanya broadband saja, tapi juga koneksi real time dengan latensi rendah serta koneksi masif dengan jutaan perangkat dalam radius 1 km persegi. Ini akan memberikan optimisme kita bahwa di tahun 2025 akan ada lebih dari 678 juta perangkat IOT yg terhubung dengan potensi pasar sebesar US$ 40 miliar," pungkas Teguh.


Hide Ads