Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengatakan, UMKM adalah salah satu sektor yang terdampak pandemi. Namun, ada UMKM yang tak terlalu terpukul karena hal ini. Apa itu?
"Yang terdampak UMKM yang terkait dengan kegiatan perkantoran, sekolah, industri, karena WFH, usaha mereka terhenti, kebanyakan di sektor makan dan minuman. Ada UMKM yang masih bisa berjualan namun omzetnya turun. Di luar itu ada yang tumbuh, yakni UMKM yang terhubung ke platform digital," ujar Teten dalam sebuah webinar UMKM pekan lalu, ditulis Minggu (15/8/2021).
Sementara itu, Peneliti Tempo Data Science (TDC), Ai Mulyani mengatakan, demi bisa bertahan di tengah pandemi, sebanyak 82% UMKM berusaha mengoptimalkan aktivitas penjualan online melalui outlet mereka di platform e-commerce dan juga lapak di media sosial.
"Tidak ada hambatan berarti bagi para penjual dalam pemanfaatan platform pemasaran online. Minimnya barriers to entry memberikan keuntungan optimum bagi para UMKM untuk memanfaatkan infrastruktur yang telah tersedia," kata Ai.
Survei yang dilakukan TDS menemukan fenomena bahwa ternyata penjual cenderung multi user, yakni memanfaatkan lebih dari satu platform di saat bersamaan. "Mereka beralasan penggunaan lebih banyak sarana e-commerce akan memaksimalkan jangkauan kepada lebih banyak target konsumen," kata Ai Mulyani.
Sebagai contoh, CEO dan Founder Sovlo Indonesia, Lidya Valensia mengatakan, bisnisnya di bidang souvenir dan barang promosi perusahaan dan pernikahan terhenti pada Maret 2020 karena banyak acara kantor dan pernikahan yang dibatalkan. Setelah sempat kewalahan karena omzet turun drastis dan memikirkan nasib para pekerja yang kehilangan penghasilan, Lidya bergerak cepat memanfaatkan platform e-commerce untuk memasarkan souvenir yang diproduksi.
"Kami mulai akhir Mei dan pertengahan Juni 2021 sudah go online. Sambutannya sangat baik," ujar Lidya.
Pengamat ekonomi digital Aviliani menilai model bisnis UMKM memang harus berubah. Ia mendorong pemerintah membuat berbagai regulasi agar UMKM lebih bernilai tambah, lalu bisa naik kelas. Terkait digitalisasi, menurutnya masih kecil sekali, baru sekitar 13 persen UMKM yang terhubung platform digital.
"Dan jujur saja yang masuk itu UMKM yang berdagang lebih banyak barangnya sama, tinggal persaingan harga di antara mereka," katanya. Menurut Aviliani, diperlukan UMKM yang punya keunikan dan keunggulan yang produknya tidak sama dengan UMKM-UMKM yang lain.
Simak Video "Biar Bisnis Kamu Tak Tertinggal Saat Pandemi"
(hal/zlf)