Presiden Joko Widodo (Jokowi) membidik ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,5% tahun depan. Apa saja yang harus dilakukan untuk mengejar target tersebut?
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi sudah mulai pulih di kuartal II-2021, tumbuh positif 7%. Hingga akhir tahun ini diprediksi ekonomi RI bisa tumbuh antara 3,7% hingga 4,5%.
"Untuk tahun depan kita lihat range-nya antara angka 5,5% dengan akselerasi reformasi kita harapkan tetap bisa tercapai meskipun kita melihat down side risk maka range-nya antara 5,5% hingga 5%. Bapak presiden (Joko Widodo/Jokowi) tadi menyampaikan pemerintah akan berusaha untuk berada pada trajectory 5,5% dan seterusnya akan berada di atas 6%," katanya dalam jumpa pers virtual, Senin (16/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu ini membutuhkan kerja luar biasa keras termasuk reformasi yang cukup dalam sehingga perekonomian kita makin produktif," tambahnya.
Reformasi seperti apa yang dimaksud mantan direktur Bank Dunia tersebut?
"Reformasi struktural ini menyangkut SDM pendidikan kesehatan dan perlindungan sosial dan dari sisi perangkat infrastruktur untuk mobilitas konektivitas dan produktivitas serta reformasi birokrasi dan regulasi seperti yang tadi disampaikan Pak Menko yaitu seperti OSS," jelasnya.
Sementara para ekonom menilai target yang dipatok Jokowi kemungkinan masih akan sulit dicapai, alias kurang realistis. Menurut Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal tahun 2022 masih penuh ketidakpastian. Khususnya, ketidakpastian mengenai kapan wabah COVID-19 akan berakhir.
Faisal mengatakan ekonomi akan berjalan baik bila pandemi mereda tahun depan. Namun, dia justru khawatir akan hal tersebut. Lonjakan kasus bisa saja terjadi lagi tahun depan, apalagi kalau sampai sekarang saja tingkat vaksinasi masih rendah.
"Kondisi 2022 ini masih berisi ketidakpastian, khususnya soal pandemi. Pada saat yang sama imunitas masyarakat bisa saja belum terbentuk. Apalagi kalau sampai sekarang saja vaksinasi masih lambat. Khawatirnya, di tahun depan masih bisa terjadi lonjakan kasus lagi seperti tahun ini," ungkap Faisal kepada detikcom, Senin (16/8/2021).
Nah yang membuat ngeri, bila tahun depan akan ada lonjakan kasus COVID-19 lagi bisa saja ekonomi tidak akan mencapai target 5%. Bahkan tumbuh di bawah level 4%.
(ang/ang)