Holding Hotel BUMN Punya Prospek Cerah, Tapi Banyak PR-nya

Holding Hotel BUMN Punya Prospek Cerah, Tapi Banyak PR-nya

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 19 Agu 2021 18:05 WIB
Cover Hotel Isoman
Foto: Fuad Hasim/detikcom
Jakarta -

Pembentukan holding hotel BUMN memiliki prospek yang besar. Saat pandemi usai, sektor pariwisata diproyeksi menjadi sektor yang pertama kali bangkit, dan perhotelan akan menerima manfaatnya.

Ekonom Indef Abra El Talattov mengatakan, masyarakat kelas menengah sudah tampak jenuh karena adanya pandemi. Dia memperkirakan, ketika pandemi usai, kelas menangah akan berbondong-bondong berwisata dan hotel-hotel akan menerima keuntungan.

"Kalau bicara prospek tentu pariwisata di Indonesia masih sangat besar prospeknya. Apalagi kalau nanti pandemi sudah selesai, itu pasti sektor pariwisata yang pertama kali recovery atau keuntungan. Karena masyarakat kelas menengah atas sudah mulai jenuh masa pandemi dan nanti akan diluapkan dengan melakukan pariwisata," terangnya kepada detikcom, Kamis (20/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembentukan holding hotel BUMN ini rencananya akan ditindaklanjuti dengan penawaran saham ke publik atau initial publik offering (IPO) induknya yakni PT Wika Realty. Menurut Abra, ada sejumlah catatan dalam upaya pembentukan holding dan IPO ini.

Dia menuturkan, untuk menuju IPO dibutuhkan peforma perusahaan yang bagus. Sementara, untuk meningkatkan peforma ini butuh biaya yang tidak sedikit.

ADVERTISEMENT

"Artinya ketika proses holding ini dilakukan pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit, investasi tidak sedikit, apalagi yang saya dengar juga sekarang ini dalam fase upgrading, pembangunan, pemeliharaan, renovasi dan sebagainya itu kan membutuhakn investasi yang besar," ujarnya.

Kondisi tersebut pun menimbulkan pertanyaan. Perusahaan pelat merah sendiri dalam situasi kurang baik di saat pandemi COVID-19. Begitu juga apalagi memanfaatkan anggaran pemerintah yang saat ini mengarah pada konsolidasi.

"Jadi ini yang perlu dipertimbangkan Kementerian BUMN dalam melakukan holdingisasi hotel ini. Itu bagaimana sumber pembiyaaanya, bagaimana kalau arahanya IPO harus bagus dulu nih dari sisi infrastrukturnya, sistemnya, integrasi sistem," terangnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Abra menambahkan, pembentukan holding ini harus memberikan manfaat yang besar baik kepada BUMN maupun negara. Maka itu, pemerintah harus memaparkan bagaimana dampak holding ini kepada masyarakat.

"Itu harus dirilis juga kepada publik target pendapatan, target terutama buat dividennya, kembali ke induk, ataupun ke negara seperti apa," ungkapnya.

Pengamat BUMN Toto Pranoto mengatakan, pembentukan holding dengan Wika Realty sebagai induknya ada beberapa catatan. Khususnya, terkait kompetensi Wika Realty dalam mengelola hotel tersebut, apakah hanya kepemilikan atau operasional.

"Karena meskipun mereka sudah berpengalaman mengelola hotel di group Wika dalam beberapa tahun terakhir, namun ada Hotel Indonesia Natour yang memiliki pengalaman operasional yang lebih panjang dalam bisnis hotel ini. Group HIN juga memiliki group hotel yang berada di beberapa lokasi strategis," katanya.

Menurutnya, perlu pembagian peran strategis agar tidak terjadi benturan kepentingan. Misalnya, Wika Realty fokus pada kepemilikan hotel dan pembangunan infrastruktur penunjang hotel. Sementara, Hotel Indonesia Natour fokuskan sebagai operator pengelola semua hotel yang dimiliki holding.

"Dengan pembagian peran yang jelas maka holding hotel ini diharapkan bisa menciptakan value creation. Terutama strategi yang tepat supaya bisa survive di era pandemi ini dan bisa bertumbuh pesat di era pasca COVID," jelasnya.

"Disamping itu holding BUMN pengelola hotel perlu melakukan upaya terobosan seperti skenario bundling produk dengan klaster BUMN pariwisata yang lain. Ini penting sebagai upaya peningkatan occupancy rate. Upaya kolaborasi ini diharapkan mampu mempertahankan kondisi survival hotel saat ini," paparnya.


Hide Ads