Kepak Sayap Garuda Makin Berat Dihantam Pandemi COVID-19

Kepak Sayap Garuda Makin Berat Dihantam Pandemi COVID-19

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 19 Agu 2021 18:34 WIB
Maskapai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengenalkan pesawat baru dengan kabin mewah di Bandara Soekarno-Hatta, Senin (1/2/2016). Layanan kabin mewah itu terpasang pada armada terbaru Garuda, Airbus 330-300. Di dalam kabin A330, terdapat layanan kursi Super Diamond Seat yang khusus untuk melayani penumpang kelas bisnis. (Ari Saputra/detikcom).
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

PT Garuda Indonesia (Persero)Tbk mati-matian bertahan di tengah serangan pandemi COVID-19. Sektor perjalanan yang menjadi andalan bisnis maskapai anjlok dipukul pandemi.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan di tahun 2020 kala pandemi COVID-19 mulai menghantam, jumlah penumpang Garuda terus menurun. Secara tahunan saja penumpang Garuda turun hingga 66%.

"Penurunan penumpang secara total dari 31,9 juta di 2020 menurun 66%, sisanya sebesar 10,8 juta," ungkap Irfan dalam paparan publik virtual, Kamis (19/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilihat secara kuartalan, di kuartal I-2020 penumpang Garuda tercatat ada 6,1 juta orang, kemudian turun drastis di kuartal II hingga tersisa hanya 500 ribu orang, penumpang perlahan naik di kuartal III dengan jumlah 1,5 juta orang, dan di kuartal IV naik lagi jadi 2,8 juta orang.

Bila bicara seat load factor, atau tingkat keterisian tiap penerbangan juga turun. Di tahun 2019 angkanya mencapai 74,3% kini hanya 45,2% saja.

ADVERTISEMENT

"Kuartal I karena COVID belum parah cukup besar, kemudian peningkatan signifikan di kuartal IV-2020," ungkap Irfan.

Masuk ke 2021, Irfan pun mengatakan jumlah penumpang masih belum mengalami kenaikan meskipun perjalanan antardaerah sudah mulai diperbolehkan dengan syarat yang ketat. Menurutnya, sepanjang semester I-2021 penurunan cukup signifikan terjadi bila dibandingkan kuartal IV-2020.

Puncak penurunan penumpang terjadi saat pemerintah memberlakukan PPKM Darurat. Menurutnya, rata-rata harian penumpang jeblok setelah kebijakan PPKM diberlakukan, dari awalnya Garuda menerbangkan 12 ribu orang per hari, hanya bersisa jadi 2 ribu orang per hari. Bahkan di suatu hari penumpang Garuda pernah menyentuh angka 700 orang saja.

"Saya sampaikan saja, sebelum PPKM, beberapa minggu sebelum PPKM, average kita di 12 ribu per hari, masuk PPKM kisarannya jadi 2 ribu per hari. Jauh menurun, tapi di 2 ribu itu cukup hebat bila dibandingkan pada saat 1 Syawal jumlah penumpang hanya 700," ungkap Irfan.

Pembatasan bikin Garuda makin berat. Cek halaman berikutnya.

Simak juga Video: Sedikit Penumpang, Garuda dan Lion Air Tutup Penerbangan ke Kupang

[Gambas:Video 20detik]



Irfan menyatakan kebijakan pembatasan yang dilakukan baik di dalam negeri dan internasional membuat penerbangan Garuda terpukul hebat. Dia mengaku hal ini sudah berada di luar kendali perusahaan.

"Kami tidak bisa menafikan tantangan di luar kendali perseroan, pertama perkembangan kondisi COVID dan kebijakan terkait pembatasan pergerakan di dalam negeri, ini jelas memukul kami," kata Irfan.

Di luar negeri, menurutnya, beberapa negara juga melakukan pembatasan kunjungan. Bahkan ada juga yang melarang maskapai Indonesia untuk masuk, hal ini pun ikut memukul Garuda. Di sektor perjalanan internasional menurutnya larangan haji dan umrah paling berpengaruh.

"Beberapa di antaranya yang melarang adalah kunjungan populer. Kunjungan populer untuk keagamaan, misalnya umrah atau haji yang ditiadakan," papar Irfan.

Untuk tetap terbang, Garuda pun mencari cara lain, salah satunya adalah memaksimalkan penerbangan charter. Mulai dari penerbangan untuk repatriasi WNI/WNA, ataupun penerbangan untuk pengantaran alat medis, untuk pengadaan vaksin misalnya.

Tercatat penerbangan charter Garuda bila dibandingkan secara tahunan mengalami peningkatan di tahun 2019 hanya 620 penerbangan, di 2020 mencapai 1.764 penerbangan.

"Kami banggakan sepanjang 2020 strategi fokus ke charter dengan tingkatkan penawaran kita untuk penerbangan repatriasi dan penerbangan charter alkes terbukti menolong kami," ungkap Irfan.

Di sisi lain, Garuda juga memaksimalkan layanan kargo. Meski jumlahnya secara tahunan turun namun tingkat keterisian sekali terbang meningkat.

Bila di tahun 2019 jumlah kargo mencapai 335,8 K-Ton di tahun 2020 hanya 235,4 K-Ton. Sedangkan tingkat keterisian atau cargo load factor mencapai 51,7% di tahun 2020, dibandingkan 2019 hanya 40,9%.

"Jumlah kargo di kuartal IV-2020 lebih tinggi dari kuartal pertama 2020, kami benar-benar fokus ke kargo," kata Irfan.


Hide Ads