Menengok Sejarah Kelam Ekonomi Afghanistan di Masa Perang Dingin

Menengok Sejarah Kelam Ekonomi Afghanistan di Masa Perang Dingin

Danang Sugianto - detikFinance
Minggu, 22 Agu 2021 08:36 WIB
Bendera Afghanistan
Foto: Anadolu Agency

Pada awal 1960-an, Uni Soviet menargetkan investasi pada proyek infrastruktur yang sangat besar termasuk penyelesaian terowongan Salang. Terowongan itu akan mengurangi waktu tempuh dari utara Afganistan dan Kabul. Pada tahun 1967 negara itu memiliki 1.200 mil jalan beraspal.

Namun, pada awal 1970-an, situasi ekonomi menurun drastis. Kritik oleh kaum sosialis, maois dan liberal menentang kebijakan pemerintah yang pengeluarannya meningkat, sementara kelaparan melanda negara itu karena kekeringan.

Selama tahun-tahun kekeringan, nilai mata uang Afghanistan (AFN) anjlok dengan cepat. Penyebabnya karena ekspor negara itu menurun dan impor meningkat. Afghanistan saat itu impor begitu besar untuk makanan. Bahkan sering kali produk makanan dari luar masuk secara ilegal dari perbatasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya pada 1972 terjadi krisis di Afghanistan. Diperparah dengan tidak adanya lapangan pekerjaan baru di negara itu. Menurut para ahli kondisi saat itu yang membuat banyak masyarakat Afghanistan frustasi dan memicu ledakan radikalisme dan berkembang ke arah pergerakan sayap kiri.

Di tengah meningkatnya gesekan politik dan krisis ekonomi, mantan Perdana Menteri Daoud Khan menjadi presiden pada tahun 1973 setelah adanya kudeta tanpa pertumpahan darah. Dia segera memprakarsai program modernisasi baru termasuk peraturan negara tentang ekonomi, reformasi kesejahteraan sosial dan perluasan pendidikan.

ADVERTISEMENT

Pemerintahan Afghanistan di bawah Daoud, memperoleh kontrol yang lebih ketat atas impor serta industri ekspor. Pada tahun 1977 mereka melakukan intervensi untuk menurunkan nilai tukar karena apresiasi mata uang yang intens memberikan ancaman terhadap nilai ekspor tradisional mereka.

Sistem fiskal pada tahun 1970-an kecil dan terpusat, meninggalkan provinsi tanpa otoritas pajak atau anggaran. Penerimaan pajak saat itu sekitar 7% dari GNP (produk nasional bruto) pada tahun 1978. Dua pertiga dari penerimaan pajak itu berasa dari perdagangan luar negeri.

Pada tahun 1978 sekitar 80% penduduk Afghanistan bergantung pada ekonomi pedesaan dan pertanian. Sektor itu menyumbang 60% dari PDB.

Pada tahun 1978 juga Bank Dunia merekomendasikan agar Afghanistan, dengan keunggulan produksi pertanian skala kecil, harus memfokuskan ekonominya pada hortikultura dan peternakan.

Namun sayang, ekonomi Afghanistan kembali goyah setelah Uni Soviet masuk ke Afghanistan pada tahun 1979. Saat itu negara-negara barat menghentikan bantuannya. Alhasil Afghansitan 100% nasibnya bergantung pada Uni Soviet terkait pendanaan.

lanjut membaca ke halaman berikutnya



Simak Video "Video: Bom Bunuh diri di Ponpes Pakistan, 6 Orang Tewas Termasuk Ulama Taliban"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads