Prediksi atau ramalan DKI Jakarta tenggelam telah banyak diungkap sejumlah riset, pakar hingga para tokoh negara. Terbaru, prediksi Jakarta tenggelam bahkan disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Bahkan, Biden mengatakan, jika proyeksinya benar, dalam 10 tahun mendatang Indonesia harus memindahkan ibu kota karena akan tenggelam.
"Tapi apa yang terjadi - apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksinya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?" kata Biden seperti dikutip, Minggu (22/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pemberitaan detikcom, 18 September 2014 mengutip dokumen masterplan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)/Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN), wilayah Jakarta, khususnya di bagian utara, terus mengalami penurunan permukaan tanah 7-17 cm per tahun. Bahkan ada yang sudah di bawah permukaan laut.
Bila masalah ini tak ditangani dengan proyek tanggul raksasa, maka pada 2050 sebagian wilayah Jakarta tenggelam. Dampaknya, akan ada kerugian materi sangat besar.
Dokumen itu menjelaskan, sejalan penurunan permukaan tanah di utara Jakarta, maka sungai-sungai dan kanal-kanal ikut mengalami penurunan bersama dengan penurunan muka tanah. Sehingga sungai-sungai dan kanal-kanal ini akan semakin sulit mengalirkan airnya secara gravitasi ke laut. Dampaknya akan terjadi banjir besar seperti yang pernah terjadi di 2007.
Saat ini, memang sudah Jakarta telah memanfaatkan pompa-pompa berkapasitas besar. Pompa-pompa di sekitar danau Jakarta seluas ribuan hektar, akan diperlukan, untuk mengalirkan air dari semua sungai yang ada, termasuk Banjir Kanal.
"Jika upaya-upaya tidak diambil, sebagian besar wilayah pesisir terancam genangan permanen," jelas dokumen itu.
Bila terjadi genangan air laut permanen di utara Jakarta, maka banyak dampak sosial yang terjadi, karena jutaan orang akan terkena imbasnya. Selain itu, kerugian materi dari lahan yang tenggelam dan bangunan yang rusak bisa mencapai triliunan rupiah.
"Nasib 4,5 juta orang sedang dipertaruhkan. Kerusakan materi akibat genangan permanen ini dihitung telah berjumlah US$ 103 miliar (sekitar Rp 1.000 triliun/Kurs: Rp 10.000 saat itu), akibat kehilangan lahan dan bangunan saja, kerusakan ekonomi bahkan akan lebih besar," jelas dokumen NCICD.
Dampak lainnya ketika banjir sering terjadi, dapat menyebabkan kemerosotan reputasi Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, kehilangan kegiatan ekonomi, dan kenaikan premi asuransi.
Seperti diketahui, dokumen ini merupakan Masterplan untuk Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara (PTPIN), Jakarta. Masterplan ini dimaksudkan tidak hanya memberikan suatu solusi untuk perlindungan jangka panjang atas wilayah Jakarta dan sekitarnya terhadap banjir yang berasal dari laut.
Untuk itu, dalam masterplan ini muncul rencana pembangunan Giant Sea Wall, sebagai tanggul laut 'raksasa' di Teluk Jakarta. Tanggul ini didesain sangat unik yaitu sebuah bentuk burung 'Garuda Megah', lengkap dengan bentangan sayap yang merupakan hamparan kumpulan pulau-pulau buatan hasil reklamasi sebagai daratan baru.
(acd/zlf)