Bahkan ketika mereka menunggu taksi untuk membawa mereka pulang, tersiar kabar tentang tujuh orang tewas dalam penembakan di dalam bandara. Menjadikan jumlah korban tewas menjadi 22 orang sejak 15 Agustus. Sementara itu dari pernyataan resmi dan laporan media, setidaknya 28.000 orang telah dievakuasi sejauh ini.
Demi alasan keamanan, Zarmina menolak menyebutkan negara mana yang rencananya didatangi keluarganya. Namun, sebagai karyawan organisasi Barat, dia memenuhi syarat untuk dievakuasi.
Ketakutan meningkat setelah Taliban mengambil kekuasaan, para warga Afghanistan yang bekerja untuk negara-negara koalisi yang dipimpin AS khawatir akan keselamatannya. Meskipun, Taliban berulang kali berjanji tidak akan membalas dendam dan akan memberikan amnesti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hari Minggu, AS dan sekutunya mengirim pasukan baru ke bandara Kabul untuk mengevakuasi warga, diplomat, dan ribuan warga Afghanistan yang telah bekerja untuk mereka sejak akhir 2001.
Zarmina mengatakan kondisi orang-orang di bandara sangat menderita, kepanasan, dan kekurangan air, bahkan makanan. Menurutnya, bandara sama saja seperti neraka kecil.
"Ini seperti neraka kecil. Saya akan menggambarkannya seperti bunuh diri," kata Zarmina.
Shabia Mantoo, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, menyambut baik evakuasi warga Afghanistan melalui program bilateral. Dia menekankan tanggapan atas nama kemanusiaan internasional yang mendesak dan lebih luas harus dilakukan.
"Sebagian besar warga Afghanistan tidak dapat meninggalkan negara itu melalui saluran reguler. Sampai hari ini, mereka yang mungkin dalam bahaya tidak memiliki jalan keluar yang jelas," kata Shabia.
(hal/ara)