Kisah Nestapa Kurir Online: Jadi Korban Permainan Tarif

Kisah Nestapa Kurir Online: Jadi Korban Permainan Tarif

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 25 Agu 2021 18:10 WIB
Kena PHK, Mantan Resepsionis Hotel Ini Jadi Kurir Pengantar Makanan
Ilustrasi/Foto: Instagram @vimall22
Jakarta -

Di tengah menjamurnya e-commerce, kurir online menjadi sebuah sumber mata pencaharian baru. Meski begitu, nasib kurir online boleh dibilang miris.

Menurut Adi Putra, salah satu kurir perusahaan jasa pengiriman barang on demand mengatakan saat ini pendapatannya makin berkurang karena tarif pengiriman yang makin murah.

Adi menjadi kurir online di tempatnya saat ini bekerja sejak tahun 2018, jalan 4 tahun bekerja di tempat yang sama tarif pengiriman barang sudah berubah drastis. Dari awalnya Rp 16 ribu per 5 km sebagai tarif dasar, kini telah menjadi Rp 8 ribu per 4 km.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau di-flashback, saya dari 2018 jadi kurir di tempat yang sekarang. Tarif dulu itu jauh lebih besar dibandingkan sekarang. Dulu Rp 16 ribu tarif dasarnya per 5 km. Sekarang ini cuma Rp 8 ribu per 4 km," ungkap Adi dalam diskusi online Change.org, Rabu (25/8/2021).

Tidak sampai di situ, dia mengatakan ada juga potongan dari pihak aplikator yang makin besar. "Itu belum dipotong dari pihak aplikator, kita cuma dapat Rp 1.000 per km kali kalau dihitung," katanya.

ADVERTISEMENT

Menurut Adi, dia dan kawan-kawan kurir online lainnya berharap pemerintah bisa mencari solusi dari persoalan tarif. Adi meminta pemerintah ikut hadir dalam mengatur tarif pengiriman, dan jangan membiarkan aplikator bisa memainkan tarif.

"Yang kami mau utarakan ini permasalahan tarif. Tarif ini ya benar-benar berpengaruh ke besar kecilnya pendapatan kami. Jangan dibiarkan harusnya aplikator nakal mainin tarif," tegas Adi.

Nasib miris lainnya adalah sebagai mitra, Adi mengatakan kurir online bagaikan menjadi 'budak' bagi aplikator. Aplikator menurutnya banyak memberikan target yang tidak masuk akal bagi para kurir.

Kurir harus bekerja lebih keras dan lebih lama bila mau mendapatkan pendapatan yang cukup. Belum lagi sikap arogan aplikator yang mudah saja melakukan suspend.

"Kami ini lama-lama kayak dianggap sebagai karyawan mereka pekerja mereka. Padahal bukan, ini kan hubungan mitra. Mitra aja kan harusnya menguntungkan, ini sih nggak," tutur Adi.

Lihat juga video 'Kurir di Bandung Dikagetkan Paket Berisi 5 Ular Berbisa!':

[Gambas:Video 20detik]



Masih bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Contoh kendala di lapangan saja, kadangkala kurir online diminta mengantar barang yang besar dan sulit untuk dibawa. Sebagai kurir online, Adi mengatakan pihaknya tak bisa mengeluh. Barang harus diantarkan, protes sedikit, suspend ancamannya.

"Sekarang juga banyak kendala di lapangan, barang besar kami dipaksa pick up sampai tujuan dengan baik dan benar. Nggak bisa ngeluh, dan harus diantar tanpa kurang satu apapun. Kalau kita ngeluh atau kita dapat protes nggak bisa," kata Adi.

"Kalau gitu nggak bisa ditolerir aplikator kita bisa di-suspend," lanjutnya.

Menurut Adi, pekerjaannya saat ini timbul dari perkembangan zaman. Dia menilai seharusnya pemerintah pun bisa membuka mata dan memperhatikan dampak dari hal itu.

Masalah kemitraan yang saat ini ada pada kurir maupun driver ojek dan taksi online pun menurut Adi harusnya sudah diatur pemerintah. Mulai dari kepastian kerja hingga kepastian perlindungan kerja di bawah bendera kemitraan.

"Kalau kemitraan kan ini sudah pekerjaan sesuai perkembangan zaman ya, harusnya memang diatur. Biar jelas kerja kita, ini juga BPJS-nya, segala macam biar bisa diatur juga," papar Adi.

"Kita ini sudah mencoba terus profesional, bahkan taruhannya banyak sekali," pungkasnya.


Hide Ads