Jurus RI Jadi Kiblat Pertanian Dunia

Jurus RI Jadi Kiblat Pertanian Dunia

Tim detikcom - detikFinance
Rabu, 01 Sep 2021 12:17 WIB
Area persawahan di Kabupaten Bandung tampak diselimuti kabut pada pagi hari. Meski begitu, kabut tak halangi para petani untuk tetap bekerja di sawah.
Foto: Tani Milenial (Istimewa)
Jakarta -

Pertanian adalah fondasi kekuatan utama Indonesia sebagai Negara Agraris, seluruh wilayah Provinsi semuanya tersedia lahan yang luas untuk bercocok tanam. Begitu juga iklim dan alamnya sangat mendukung. Indonesia harus bisa menjadi Bangsa yang besar melalui sektor Pertanian.

Di usia Kemerdekaan Indonesia yang ke 76 tahun, Indonesia belum tuntas bertransformasi menjadi sebuah Negara yang Digdaya dalam sektor pertanian. Kita masih kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara yang ada di Asean apalagi di tingkat Dunia. Indonesia masih kalah dalam hal produktiftas, kualitas, teknologi, industrilisasi, penguasaan market dan sumberdaya manusia.

"Indonesia harus melakukan lompatan spektakuler untuk fokus melakukan berbagai pembenahan yang urgen dan relevan dengan perkembangan zaman, dan ini tidak bisa dikerjakan oleh Pemerintah sendiri, harus membangun kolaborasi yang solid dengan berbagai pihak yang kompeten dalam bidang pertanian", demikian yang disampaikan M Hadi Nainggolan selaku Founder #TaniMillenial dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadi Nainggolan menegaskan setidaknya ada 3 fokus yang mesti lakukan pemerintah saat ini sebagai bentuk respons bahwa Indonesia siap menjadi "Kiblat Industri Pertanian Dunia".

Pertama, Reformasi dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM). SDM adalah dasar sembuah kemajuan dalam bidang apa saja, terlebih dalam sektor pertanian.

ADVERTISEMENT

Dari data Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian pada April 2020 mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang.

"Hanya sekitar 8 persen dari total petani kita 33,4 juta orang. Sisanya lebih dari 90 persen petani yang sudah tua, tentu ini sangat memprihatinkan. Kita akan susah untuk mentransformasi petani Indonesia secara massif kearah mekanisasi dan digitaliasi terpadu, karena 90% adalah petani yang sudah tua," tutur dia.

Pemerintah harus melakukan gerakan lebih sistematis lagi untuk menarik minat para generasi muda millenial untuk mau bekerja dan berusaha di sektor pertanian.

"Kita harus mengkonversi petani muda indonesia diatas 75%, karena ini adalah kekuatan utama. Semangat dan spirit petani muda akan lebih mudah kita gerakkan untuk mau merubah pola pikir menuju pertanian modern dan maju. Para tani millenial inilah yang akan lebih adaptif untuk menerapkan berbagai konsep pertanian modern seperti budidaya modern, korporasi pertanian, smartfarming, sustainable value chain farming hingga beragam industri hulu dan hilir pertanian lainnya", ujar Hadi Nainggolan yang juga Fungsionaris Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Pusat tersebut.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Kedua, Integrasi Mekanisasi, Teknologi dan Digitaliasi Pertanian. Mekanisasi dan teknologi pertanian itu semangatnya adalah untuk efektifitas dan produktifitas. Tapi saat ini itu saja tidak cukup, harus di koneksikan dengan flatform digital sebagai pusat data dan perencanan yang lebih terukur.

Di beberapa daerah mungkin sudah sukses penerapan mekanisasi pertaniannya, namun antar daerah satu dengan daerah lainnya belum terjadi konektivitas data yang terintegrasi, inilah salah satu penyebat kenapa harga sebuah komiditi anjlok, karena sama-sama musim tanamnnya, sama-sama jadwal panennya.

Sebagai contoh misalkan di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh, petani cabe di Tapanuli Utara, Karo, Batubara, Deli Serdang dan Langkat musim tanamnya sama, dan demikian petani cabe dari Aceh Tenggara. Tiba masa panen semua daerah panen, cabai dipasar Medan sekitarnya over kebutuhan, akhirnya harga cabai anjlok.

Di siniliah pentingnya sebuah "digital platform" pertanian sebagai pusat data perencanaan dan pengendalian pertanian secara terpadu. Harusnya tiap daerah dan tiap komiditi bisa diatur musim tanamnya sesuai dengan kebutuhan pasar yang tesedia.

Ketiga, Membangun Industri Hilir Pertanian berbasis pasar. Ini adalah salah satu tantangan paling besar Indonesia, karena sampai saat ini indonesia masih lebih banyak mengekspor bahan baku hasil pertanian ketimbang mengekspor dalam bentuk produk jadi yang siap di komsumsi atau pakai konsumen. Kunci "pasar hasil pertanian" ada disini. Berapa banyak ekspor hasil pertanian indonesia yang akhirnya masuk lagi menjadi produk jadi impor kedalam negeri, yang ujung dikonsumsi oleh masyarakat indonesia.

Tiga fokus pemerintah dalam sektor pertanian diatas sejatinya harus dikerjakan dengan terencana, terukur, detail dan tuntas. Dengan melibatkan berbagai komponen Bangsa, mulai dunia usaha, perguruan tinggi dan lainnya. Kita dari Dunia usaha yakin Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh ujar Hadi Nainggolan selaku CEO Daun Agro dalam penutup keterangan tertulisnya.


Hide Ads