Menteri Koperasi dan UKM,Teten Masduki mengungkapkan kontribusi ekspor produk UMKM Indonesia masih di angka 14%. Menurut Teten capaian tersebut masih kalah jika dibandingkan, misalnya dengan Jepang dan China.
"Kontribusi ekspor UMKM masih rendah, masih 14% jauh dibandingkan dengan China 70%, Jepang 40%. Nah ini artinya apa? UMKM harus segera menjadi bagian rantai pasok industri nasional dan global dan saya rasa masuk BUMN ini sudah langkah yang tepat," kata Teten dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian BUMN dan Kementerian Perindustrian, Jumat (3/9/2021).
Teten mengatakan, selain kontribusi ekspor yang rendah, rasio produk UMKM dalam rantai pasok nilai global pun masih rendah. Di Indonesia masih 6,3% jauh di bawah Malaysia yang sudah mencapai 46,2%, Thailand 29,6% dan Vietnam 20,1%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, pihaknya pun memutuskan untuk melakukan kemitraan UMKM dengan Kementerian BUMN dalam hal rantai pasok. Kemitraan ini, kata Teten, sudah diatur dalam UU Cipta Kerja.
"Di UU Cipta Kerja kemitraan UMKM dengan industri besar ini juga ekosistemnya sudah dibangun dengan baik tinggal kita implementasikan. Harapan saya ini dapat menyemangati, ini baru ada 6 BUMN tapi mudah-mudahan ini semakin banyak BUMN untuk bisa mendukung kolaborasi dengan UMK dan IKM," paparnya.
Keenam BUMN itu yaitu PT PLN, PT Pertamina, Kimia Farma, Perhutani, PT Krakatau Steel dan PT RNI Persero. Dia menilai, BUMN memiliki peran strategis dalam meningkatkan partisipasi UMKM dalam rantai pasok, nilai industri lokal hingga global.
"Saya kira banyak potensi produk koperasi, UMKM, IKM yang dapat dipasok ke BUMN maupun ke perusahaan besar seperti komponen kesehatan, alat-alat pertanian, makanan minuman, funiture, produk potensial lainnya termasuk bahan baku," jelasnya.
"Saya kira ini langkah yang sangat baik sekaligus menggarisbawahi krusialnya kolaborasi gotong royong antar kementerian lembaga," pungkasnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya. Langsung klik