Antrean panjang tampak di sejumlah supermarket dan pom bensin di Yangon, Myanmar, Selasa (7/9) kemarin. Kondisi itu terjadi tak lama setelah pemerintah bayangan Myanmar mendeklarasikan 'perang defensif rakyat' melawan junta.
Pejabat Presiden Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), Duwa Lashi La dalam siaran video memperingatkan pegawai negeri untuk tidak pergi ke kantor. Dia juga mendesak masyarakat untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu, serta membeli obat-obatan dan kebutuhan sehari-hari.
Lashi La juga meminta kelompok perlawanan bersenjata anti-junta untuk melawan pasukan junta di wilayah masing-masing dan organisasi etnis bersenjata Myanmar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya percaya bahwa negara-negara tetangga kami, negara-negara ASEAN, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan semua negara lain di seluruh dunia memahami bahwa kami melakukannya karena perlu," katanya dikutip dari Straits Times, Rabu (8/9/2021),
Dalam pernyataan terpisah, NUG menyatakan keadaan darurat hanya akan berakhir ketika pemerintahan sipil kembali berkuasa. Pengumuman itu memicu panic buying di Yangon, ibu kota Myanmar. Banyak warga membeli beras, minyak goreng, makanan kering, hingga obat-obatan.
Antrean kendaraan juga mengular di luar SPBU. Banyak pengendara bergegas untuk menimbun bahan bakar.
Deklarasi NUG datang hanya seminggu sebelum pertemuan Majelis Umum PBB di New York, di mana NUG bersaing dengan junta untuk diakui sebagai perwakilan sah Myanmar.
Lanjut ke halaman berikutnya
NUG terdiri dari anggota parlemen yang digulingkan oleh kudeta militer 1 Februari serta aktivis dan intelektual masyarakat sipil yang bersekutu.
Saat ini, ASEAN juga sedang mengatur bantuan kemanusiaan untuk Myanmar setelah menunjuk Menteri Luar Negeri Brunei Erywan Yusof sebagai utusan khusus untuk memfasilitasi dialog politik.
Dia ingin memastikan keselamatan pekerja kemanusiaan yang memberikan bantuan. Masih tidak jelas apakah deklarasi NUG pada hari ini akan memicu gelombang bentrokan bersenjata atau tidak.
Tetapi lebih dari 170 pasukan pertahanan rakyat semi otonom (PDF) lokal telah melancarkan serangan griliya terhadap pasukan dan petugas polisi selama beberapa bulan. PDF juga telah membunuh informan junta dan administrator lingkungan sipil yang bekerja di bawah junta.
(aid/ang)