AS-China Memanas di Tengah Pandemi, Ada Motif Ekonomi

AS-China Memanas di Tengah Pandemi, Ada Motif Ekonomi

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 13 Sep 2021 12:30 WIB
AS dan China: Mengapa hubungan mereka lebih dari sekadar Perang Dingin kedua?
Foto: BBC World

Makin marah saja Amerika. Karena, meski jumlah defisit perdagangan AS terus menurun dalam beberapa tahun terakhir, namun angka defisitnya masih cukup jumbo, mencapai US$ 187 miliar pada Januari-Juli 2021. Ekspor China ke AS rata-rata mencapai US$ 450 miliar per tahun, sedangkan impor China hanya berkisar sepertiganya.

Tetapi, yang selama ini jarang disebut adalah adanya investasi langsung dari AS di China. Jangan kaget. Jumlahnya terus naik dalam 3 tahun terakhir, hingga mencapai US$ 124 miliar (2020). Selain itu, terdapat ratASn ribu warga Amerika bekerja di perAShaan-perAShaan China. Sedangkan China menanamkan investasi UDS40 miliar (2020). Jadi, sebetulnya kedua negara saling membutuhkan dalam konteks perdagangan dan investasi.

Tetapi, China tidak bisa menyembunyikan kemarahannya setelah Negeri Paman Sam cenderung terus mengusiknya. Yang paling mutakhir, soal isu Wuhan, Hubei, yang kembali muncul berkaitan dengan pandemi virus Corona. World Health Organization (WHO) didukung Amerika berASha membuka kembali penyelidikan dengan alasan untuk mengusut asal muasal virus SARS-CoV-2 itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

China tentu tak tinggal diam. Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mendesak penelusuran terkait asal virus Corona yang menyebabkan pandemi COVID-19 itu diperluas ke berbagai negara, termasuk Amerika Serikat. Ini respons atas laporan intelijen AS yang dianggap tidak meyakinkan. Lembaga ini menyatakan, AS telah memobilisasi aparat intelijennya, bukannya lembaga profesional, untuk menyelidiki asal-usul virus Corona baru.

Laporan AS tentang asal-usul COVID-19 yang dibuat tim intelijen AS dan dirilis sebagian pada Jumat (13/8/2021), mengatakan bahwa komunitas intelijen AS tetap terbelah terkait kemungkinan asal COVID-19. Wakil Menteri NHC, Zeng Yixin, mengatakan, melacak asal-usul COVID-19 adalah pekerjaan ilmiah. Oleh karena itu, pemerintah China selalu menyatakan, pekerjaan itu harus dengan cara ilmiah. China menentang untuk mempolitisasinya.

ADVERTISEMENT

Dilaporkan bahwa para ahli internasional dari misi bersama WHO-China pada studi asal mengatakan tidak ada bukti yang mendukung teori kebocoran laboratorium dan meningkatkan hipotesis ini menunjukkan, studi asal dipolitisasi. Ini menguatkan argumen China soal adanya binatang kelelawar yang membawa vaksin Corona itu ke manusia, sampai kemudian meluas seperti saat ini.

Sekali lagi, bagi China, studi asal-usul virus itu adalah masalah ilmiah yang membutuhkan kerja sama ilmuwan global. Ini adalah konsensus mayoritas negara dan komunitas sains. Langkah AS yang mengandalkan aparat intelijennya alih-alih ilmuwan untuk melacak asal-usul COVID-19 dinilai hanya akan merASk studi asal-usul berbasis sains dan menghambat upaya global untuk menemukan sumber virus Corona tersebut.


(dna/dna)

Hide Ads