Menkop Harap Koperasi Jadi Agregator bagi Pelaku Usaha Kecil

Menkop Harap Koperasi Jadi Agregator bagi Pelaku Usaha Kecil

Alfi Kholisdinuka - detikFinance
Rabu, 15 Sep 2021 17:02 WIB
Kemenkop UKM
Foto: Kemenkop UKM
Jakarta -

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berharap Koperasi Simpan Pinjam (KSP) tidak hanya memberikan kemudahan akses pembiayaan bagi para anggotanya. Menurutnya, koperasi harus mampu menjadi konsolidator dan agregator bagi pelaku usaha mikro dan kecil agar usahanya bisa masuk skala ekonomi.

Pasalnya, kata dia, anggota koperasi yang memiliki usaha kelontong, pedagang keliling, dan sebagainya tidak akan mampu bersaing dengan jaringan ritel modern jika berjalan sendiri-sendiri.

"Koperasi bisa bangun semacam distribution center yang bisa memasok segala barang yang dijual di warung kelontong para anggota. Bila dibiarkan sendiri-sendiri, akan sulit bersaing," jelas Teten dalam keterangan tertulis, Rabu (15/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini dia ungkapkan saat berdialog dengan pengelola dan anggota Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) Abdi Kerta Raharja, di Tiga Raksa, Kabupaten Tangerang, Banten.

Oleh karena itu, Teten menyoroti pentingnya koperasi mengembangkan bisnis model yang mampu menghubungkan ke pasar dan lembaga pembiayaan. Dia menilai koperasi juga bisa mengkonsolidasi anggotanya membuat Factory Sharing.

ADVERTISEMENT

Dengan membangun Rumah Produksi Bersama dengan teknologi lebih modern, lanjut Teten, kualitas produk menjadi lebih terjaga, termasuk faktor higienitasnya. Dia mencontohkan Rumah Produksi Bersama yang sudah berjalan di Sumatera Barat dalam memproduksi rendang. "Produksi bersama rendang di sana bisa kita tiru di daerah lain," ucapnya.

Dalam kesempatan itu pula, Teten meminta para kepala daerah untuk membesarkan koperasi yang bagus dan sehat saja. "Jumlah koperasi tidak perlu banyak, tapi berkualitas meski jumlahnya sedikit," kata Teten.

Sementara itu, Ketua Kopsyah Abdi Kerta Raharja E. Farida menjelaskan bahwa koperasi yang dipimpinnya dulunya merupakan lembaga keuangan mikro (LKM) yang berubah menjadi badan hukum koperasi.

"12 tahun lalu kami memutuskan mendirikan koperasi di tengah terpuruknya nama koperasi akibat krisis kepercayaan. Alhamdulillah, kami mampu mengembalikan kembali citra jati diri koperasi, khususnya di wilayah Banten," ungkap Farida.

Farida menyebutkan Kopsyah Abdi Kerta Raharja melayani peminjam yang sebagian besarnya adalah perempuan yang mengutamakan cara pendanaan gotong royong atau lebih dikenal dengan sebutan Grameen Group Lending.

Saat ini, Kopsyah Abdi Kerta Raharja memiliki anggota sebanyak 45 ribu orang dan 221 karyawan dengan aset mencapai Rp 117 miliar. Selain sebagai Pilot Project penyalur kredit UMi, koperasi ini memiliki modal sendiri sebesar Rp 35 miliar dan total penyaluran kredit Rp 172 miliar.

Farida mengakui pandemi COVID-19 mengajarkan koperasinya untuk lebih mandiri dan kuat. Di awal-awal pandemi, kas tabungan koperasi deras keluar sebesar Rp 26 miliar. Sementara tingkat pengembalian dari anggota hanya sebesar Rp23 miliar saja.

Namun, lanjut Farida, saat ini ekonomi dan bisnis para anggota mulai bergerak kembali. "Kami butuh perkuatan permodalan dari LPDB-KUMKM. Alhamdulillah, kami mendapat kepercayaan dana bergulir sebesar Rp10 miliar," pungkasnya.

(akd/ega)

Hide Ads