APBN Masih Tekor Rp 383 Triliun di Agustus

APBN Masih Tekor Rp 383 Triliun di Agustus

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 23 Sep 2021 12:30 WIB
BUMN percetakan uang, Perum Peruri dibanjiri pesanan cetak uang dari Bank Indonesia (BI). Pihak Peruri mengaku sangat kewalahan untuk memenuhi pesanan uang dari BI yang mencapai miliaran lembar. Seorang petugas tampak merapihkan tumpukan uang di cash center Bank Negara Indonesia Pusat, kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (21/10/2013). (FOTO: Rachman Haryanto/detikFoto)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Realisasi pendapatan dan belanja negara hingga akhir Agustus 2021 masih mengalami defisit Rp 383,2 triliun. Meskipun masih defisit tapi angkanya lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 503,8 triliun.

"Coba kita lihat defisit overall, defisit APBN pada bulan Agustus Rp 383,2 triliun dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 503,8 triliun. Tetap defisit namun penurunannya mencapai 23,9%," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/9/2021).

Defisit dapat ditekan karena konsolidasi fiskal, yaitu sisi fiskal mulai diperkuat dan di saat yang bersamaan ekonominya tetap tumbuh semakin positif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"This is the story of ekonomi dan APBN, rebound, recovery, konsolidasi berjalan bersama-sama dan kita menggunakan di semua level dari pendapatan belanja, semuanya secara sangat hati-hati sehingga nanti kita harapkan ekonomi akan bisa tumbuh terus dan APBN mulai makin sehat kembali," jelasnya.

Pendapatan negara hingga Agustus 2021 dijelaskannya tumbuhnya 13,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mana pendapatan pajak tumbuh 9,5%, pabean dan cukai tumbuh 30,4%, dan PNBP tumbuh 19,6%.

ADVERTISEMENT

"Jadi sisi pendapatan it's the story of rebound, recovery dan konsolidasi," sebutnya.

Belanja negara tumbuhnya hanya 1,5% sampai dengan Agustus. Dari sisi belanja pemerintah pusat masih terbilang kuat yaitu tumbuh 10,9%. Begitupula belanja kementerian/lembaga (K/L) yang tumbuh 21,5%. Sementara belanja non K/L negatif 0,9, dan TKDD masih terkontraksi 15,2%.

"Dari komposisi tahun lalu dominasi non K/L ini karena kita (dana) PEN dan yang lain-lain belum masuk ke dalam belanja K/L. Tapi kalau secara overall belanja pemerintah pusat tumbuhnya tetap double digit di 10,9%," tambahnya.

Lihat juga video 'Sri Mulyani Bandingkan Kenaikan Utang RI dengan India hingga AS':

[Gambas:Video 20detik]






(toy/zlf)

Hide Ads