3. Putri (21 tahun) dari Jawa Barat
Putri yang berasal dari Kabupaten Bandung ini merupakan lulusan salah satu lulusan universitas pertanian terkemuka. Dia sudah aktif memperjuangkan hak-hak anak perempuan di desanya.
Tergabung dalam Forum Anak Daerah untuk berjuang menikmati haknya, Putri menjadi konselor sebaya dari kampung ke kampung. Putri mengabarkan kepada anak perempuan lainnya, masih banyak penjuru dunia yang perlu ditelusuri, masih banyak buku yang perlu diilhami, masih banyak masa depan gemilang yang perlu diperjuangkan. Dia percaya bahwa bagi perempuan, dapur, sumur, kasur bukanlah pilihan terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
4. Sharon (24 tahun) dari Jawa Barat
Sharon merupakan lulusan terbaik Fakultas Psikologi di universitas negeri unggulan dan Best Graduate Officer Development Program salah satu bank BUMN pada 2019. Ia memiliki cita-cita mendorong kesetaraan perempuan dalam dunia kerja. Selama pandemi Covid-19, dia berkesempatan memimpin tim Covid Rangers dalam mendorong kesadaran seluruh anggota tim demi mencegah penularan Covid-19.
Selain itu, dia telah meningkatkan keterwakilan perempuan sebesar 20 persen di tim pemasarannya, dengan berdasarkan kapabilitas individu. Dalam perjalannya, Sharon mendorong lebih anggota tim, khususnya perempuan untuk mampu memimpin diri sendiri, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
5. Sisilia (22 tahun) dari Nusa Tenggara Timur
Sisilia sempat menjadi seorang edukator dan Plt Kepala Sekolah Pendidikan Usia Dini, yang membawahi empat kelas besar di sebuah lembaga pendidikan swasta di Kota Kupang. Sejak 2015, dia juga tergabung dalam komunitas di bidang pendidikan dan lingkungan.
Dia mengajar bahasa Inggris dan mata pelajaran serta keahlian lainnya bagi anak-anak yang tinggal di kampung nelayan dan bekerja sebagai kuli angkut di pasar. Sisilia ingin mendorong semua pihak untuk lebih memperhatikan isu kesetaraan gender dan tidak menghakimi perempuan atas pilihan yang diambil terhadap kepemilikan tubuhnya.
6. Virdha (23 tahun) dari Jawa Tengah
Virdha saat ini aktif di Pusat Studi Gender dan berpartisipasi di program pemberdayaan perempuan yang bekerja dengan berinovasi menggunakan bahak lokal dan melakukan pelatihan ekonomi untuk perempuan di suatu perkampungan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dia juga meneliti fenomena kekerasan terhadap perempuan dan berencana untuk mempublikasikan penelitian tersebut.
Menurut Virdha, keterlibatan perempuan dalam kepemimpinan kerja adalah yang yang sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang tidak akan didapatkan dari kepemimpinan yang hanya melibatkan laki-laki saja.
(ara/ara)