Cegah Krisis Evergrande, Bank Sentral China Gelontorkan Rp 222 T

Cegah Krisis Evergrande, Bank Sentral China Gelontorkan Rp 222 T

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 01 Okt 2021 10:30 WIB
Evergrande
Foto: Dok. Istimewa
Jakarta -

Bank Sentral China mulai was-was akan dampak akibat tumpukan utang Evergrande Group. Pihaknya sampai menggelontorkan dana sebesar 100 miliar yuan atau US$ 15,5 miliar setara Rp 222 triliun (kurs Rp 14.311).

Dana itu disuntikkan ke dalam sistem keuangan negara dalam menjaga likuiditas. Hal itu dilakukan untuk menjaga kestabilan pasar real estat. Bank juga berjanji akan melindungi pasar properti atau real estat.

"Serta melindungi hak dan kepentingan sah konsumen perumahan," kata Bank Sentral China dalam keterangannya, dikutip dari CNN, Jumat (1/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bank sentral juga mewanti-wanti agar sektor real estat tidak lagi menjadi bagian prospek ekonomi jangka pendek negara. Beberapa pejabat juga mulai memberi perhatian lebih kepada harga tanah dan perumahan.

Juru Bicara Biro Statistik Nasional China, Fu Linghui mengakui kesulitan beberapa perusahaan real estate besar. Namun, dia tak menyebut Evergrande secara langsung.

ADVERTISEMENT

"Pasar real estat China tetap stabil tahun ini tetapi dampak dari peristiwa baru-baru ini pada perkembangan seluruh industri perlu diperhatikan," ujarnya.

Gunungan utang Evergrande Group memang menjadi ujian besar bagi Negeri Tirai Bambu itu. Beberapa analis khawatir itu bahkan bisa berubah menjadi momen Lehman Brothers China. Terlebih, real estat dan industri terkait menyumbang sebanyak 30% dari PDB China.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Kepala ekonom Asia Capital Economics, Mark Williams pernah mengatakan krisis Evergrande akan menjadi ujian terbesar yang dihadapi sistem keuangan China selama bertahun-tahun.

"Akar masalah Evergrande dan masalah pengembang lain adalah bahwa permintaan properti residensial di China memasuki era penurunan berkelanjutan," tulisnya.

Sebagai informasi, utang Evergrande menggelembung karena meminjam untuk membiayai berbagai kegiatannya. Hingga akhirnya utang itu menjadi US$ 300 miliar yang membuat perusahaan itu mendapatkan reputasi buruk.

Kini, masalah di perusahaan itu juga semakin banyak karena dengan utang yang meningkat, perusahaan juga mengakui pihaknya takut gagal bayar utang karena kesulitan menemukan pembeli untuk beberapa asetnya.

Sejumlah upaya dilakukan oleh perusahaan, salah satunya menjual sebagian saham anak usahanya. Pihaknya menjual hampir 20% sahamnya di Shengjing Bank ke Shenyang Shengjing Finance Investment Group milik negara. Shengjing merupakan salah satu pemberi utang yang terimbas masalah gagal bayar Evergrande.

Meski demikian, masalah perusahaan itu belum usai. Karyawan demo di kantor pusatnya di Shenzhen. Dari cuplikan video, ada yang menyerang seseorang yang diidentifikasi sebagai perwakilan perusahaan.

Halaman 3 dari 2
(ara/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads