Sektor transportasi laut dinilai kurang banyak dikembangkan. Padahal Indonesia merupakan negara maritim, laut harusnya menjadi penghubung antar pulau.
Ekonom senior Faisal Basri mengatakan kian hari angkutan laut di Indonesia semakin sedikit jumlahnya. Dalam paparannya, angkutan laut jumlahnya turun selama satu dekade.
Di tahun 2010 kapasitas angkutan laut di Indonesia mencapai 8,96% sementara di tahun 2020 menjadi 6,94% saja dari total transportasi di Indonesia di semua moda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedihnya kalau saya lihat angkutan laut ini kian hari makin turun," ungkap Faisal Basri dalam webinar Kementerian Perhubungan, Jumat (8/10/2021).
Padahal angkutan laut sangat dibutuhkan untuk distribusi barang khususnya ke daerah-daerah terpencil. Menurutnya, sedikitnya jumlah angkutan laut membuat biaya kirim barang menjadi mahal.
"Kita keteteran di barangnya, manusia makin mobile, barangnya malah masih mahal diangkut lewat laut," kata Faisal Basri.
Bahkan, menurut Faisal Basri kebutuhan angkutan laut di tengah pandemi justru jumlahnya bertambah. Artinya, bisnis angkutan laut sebetulnya menguntungkan. Bahkan jauh lebih menguntungkan daripada bisnis maskapai.
Dalam paparannya, kapasitas angkutan laut dari Januari ke Juni 2021 jumlahnya naik daripada kapasitas di 2020. Di tahun ini kapasitas angkutan laut mencapai 7,08% sementara di 2020 hanya 6,94%.
"Tapi di tengah pandemi angkutan laut mulai mengalami kenaikan. Justru dia naik pas pandemi, laut ini lebih tahan dari pandemi, paling nggak tahan itu kereta api kemudian angkutan udara," ungkap Faisal Basri.
Banyaknya penggunaan kapal asing bikin defisit. Cek halaman berikutnya.
Faisal Basri juga menyoroti soal angkutan udara yang mengalami kenaikan pesat di beberapa tahun ke belakang. Namun kini di tengah pandemi justru menyusut kapasitasnya.
Dia bilang ada bias terjadi di tengah bisnis transportasi, banyak yang mengincar bisnis transportasi udara dan meninggalkan angkutan laut. "Kita bias udara dan laut justru terbengkalai," katanya.
Kurangnya perhatian ke angkutan laut juga disoroti oleh Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti. Dia mengatakan selama ini sektor transportasi berkontribusi besar pada defisit neraca dagang karena banyaknya penggunaan kapal laut asing untuk urusan pengiriman barang.
"Sumber defisit memang banyak dari transportasi, karena banyak shipping dari luar, even untuk transportasi domestik," ungkap Destry dalam acara yang sama.
Dia bilang transportasi laut menjadi pekerjaan rumah besar untuk ditingkatkan oleh pemerintah. Salah satunya dalam rangka membentuk rantai pasok yang baik, utamanya membentuk keseimbangan baru harga pengiriman barang. Destry menyinggung biaya kirim barang dari Jakarta ke daerah timur lebih mahal daripada biaya ekspor Jakarta ke China.
"Distribusi barang domestik memang lebih mahal ketimbang misalnya eksportir ekspor dari Jakarta ke China. Itu malah biayanya lebih murah daripada kirim dari Jakarta ke Indonesia timur," ungkap Destry.
(hal/ara)