Siapkan Rp 28 T, Produsen Gula Raksasa Timur Tengah Mau Garap Etanol RI

Siapkan Rp 28 T, Produsen Gula Raksasa Timur Tengah Mau Garap Etanol RI

Inkana Izatifiqa R Putri - detikFinance
Senin, 08 Nov 2021 13:50 WIB
Managing Director Al Khaleej Sugar Co.
sekaligus Chairman Jamal A-Ghurair Group, Jamal Al-Ghurair saat bertemu dengan Menteri
Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Dubai, Selasa (2/11)
Foto: Kemenperin
Jakarta -

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan kunjungan ke Uni Emirat Arab di Dubai, Selasa (2/11). Dalam kunjungannya, Agus juga menghadiri perhelatan Expo Dubai 2020 sekaligus bertemu Al Khaleej Sugar (AKS).

Di kesempatan tersebut, Agus mengatakan Al Khaleej Sugar Co., produsen terbesar gula di kawasan Timur Tengah dan lima besar dunia, berminat untuk berinvestasi di Indonesia. Komitmen ini disampaikan oleh Managing Director Al Khaleej Sugar Co. Jamal Al-Ghurair. Adapun AKS akan menanam investasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,51 triliun (kurs Rp 14.259/US$) dalam pengembangan etanol di Indonesia.

"AKS akan berinvestasi pabrik gula terintegrasi di Indonesia. Selain memproduksi gula, AKS juga rencananya memproduksi bioetanol dan listrik dari biomassa," ujar Agus dalam keterangan tertulis, Senin (8/11/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait hal ini, Agus menjelaskan pihaknya akan bekerja sama dengan kementerian lain untuk menjajaki peluang investasi tersebut. Mengingat kerja sama ini terkait investasi energi dan pemenuhan lahannya. Agus berharap penanaman modal perusahaan gula asal Dubai tersebut akan menjadi pelatuk industri gula nasional yang lebih efisien di masa depan.

"AKS akan mengembangkan fabrikasi etanol dari gula. Etanol tersebut pun diharapkan dapat menjadi sumber bahan bakar alternatif," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut Agus mengatakan upaya kerja sama ini juga sejalan dengan tren pengurangan emisi karbon, yang membuat sejumlah negara mencari sumber energi yang lebih bersih. Adapun negara-negara seperti Australia, Amerika Serikat, dan Filipina telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil.

Pemanfaatan etanol dalam energi baru dan terbarukan, kata Agus, menjadi satu alternatif untuk pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi. Selain sebagai bahan bakar, etanol gula juga dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi.

"Dalam konteks ini, impor gula bisa ditekan dan bahkan ke depan berpeluang berkurang sekitar 750.000 ton per tahun," ungkapnya.

Agus menyebut AKS telah memiliki pabrik gula di Dubai berkapasitas 6.000 ton gula per hari. Selain memiliki pabrik gula di Dubai, AKS juga berinvestasi di Mesir dan Spanyol. Penghasilan AKS per tahun pun diperkirakan mencapai US$ 14 miliar.

Meski demikian, Agus mengatakan kerja sama ini juga perlu diimbangkan dengan berbagai persiapan. Salah satunya dengan menyiapkan lahan perkebunan.

"Kebutuhan gula nasional sekitar 6,7 juta ton. Terdapat beberapa cara untuk mengurangi impor gula, di antaranya dengan menyiapkan lahan perkebunan tebu dan mendorong proses transformasi digital. Kehadiran AKS di Indonesia, insyaallah dapat membantu memenuhi kebutuhan gula nasional," imbuhnya.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Lihat juga Video: Ini Saran Buat Developer Kripto Indonesia

[Gambas:Video 20detik]



Pada kesempatan yang sama, Plt. Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika menyampaikan pihaknya juga akan memfasilitasi rencana investasi AKS.

"Jika terwujud, investasi ini akan membantu pemenuhan kebutuhan gula nasional dan juga kebutuhan energi di Sulawesi dan kawasan Timur Indonesia," sebutnya.

Selain produksi gula, Putu menjelaskan rencana investasi AKS juga untuk memproduksi sumber energi alternatif dari produk samping pengolahan gula tebu.

"Hasil samping proses produksi gula tebu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru dan terbarukan antara lain bioetanol untuk subtitusi BBM dari minyak bumi, dan biomassa dari bagas tebu sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik," jelasnya.

Putu optimistis investasi AKS di Indonesia akan membantu pemenuhan gula dalam negeri, mendukung program substitusi impor, dan memproduksi energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

"Karena dia besar investasinya, dia mau memproduksi sekitar 750.00 ton per tahun. Dia sangat tertarik dan kita sedang membuat langkah-langkahnya supaya dia bisa berinvestasi," katanya.

Guna mendorong investasi ini, Putu menyebut Kemenperin telah mengundang pihak AKS untuk datang ke Indonesia dan melihat potensi tersebut, termasuk ketersediaan lahan.

"Untuk menghasilkan tebu sebanyak 750 ribu ton tersebut, dibutuhkan sekitar 100 ribu hektare lahan tebu," ungkapnya.

Putu mengatakan saat ini, lahan yang diproyeksikan untuk ditanami tebu terdapat di Sulawesi. Selain memproduksi gula, AKS juga tertarik dengan produk turunan tebu lainnya, yakni biomassa. Terlebih produk ini dapat dijadikan energi listrik dan etanol untuk pencampuran bahan bakar.

"Biomassa merupakan produk samping gula dengan jumlah mencapai 30% dari setiap produksi gula. Etanol ini terbuat dari produk samping proses gula yang bernama molasis dengan jumlah sebesar 4%," jelasnya.

Putu menambahkan etanol nantinya juga berperan untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Terlebih saat ini kendaraan roda empat sudah bisa menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol 20%, sementara kendaraan roda dua 10%.

"Di dalam negeri sendiri, kebutuhan etanol masih sangat besar dan belum dipenuhi oleh produksi dalam negeri," katanya.

Sejalan dengan rencana investasi AKS, pemerintah saat ini juga berkeinginan untuk menjadikan industri gula nasional dapat menerapkan teknologi Industri 4.0 dan lebih lebih ramah terhadap lingkungan. Melalui teknologi industri 4.0 atau digitalisasi, akan terjadi efisiensi yang pada gilirannya akan memberi nilai tambah bagi produk-produk Indonesia, termasuk gula.

Sebagai informasi, dalam kesempatan tersebut Agus turut didampingi Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Taufik Bawazier, Staf Khusus Menteri Achmad Sigit Dwiwahjono dan Konsul Jenderal RI di Dubai K. Candra Negara.


Hide Ads