Biaya solar di dalam negeri ini lebih mahal 20%-30% dibanding harga solar internasional. Sehingga biaya operasional terus meningkat. Kenaikan harga solar seperti ini diluar kontrol perusahaan pelayaran.
Ia menambahkan, sebagai negara kepulauan, dimana hampir 60% populasi penduduknya berada di pulau Jawa, biaya logistik Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lain.
Sebagai contoh, pelayaran ke luar Jawa saat ini masih mengangkut kontainer kosong saat kembali ke Jawa. Padahal biaya solar saat kapal kembali ke pelabuhan di Jawa harganya sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus melihat biaya pelayaran itu secara utuh, jangan hanya dilihat sepotong-sepotong. Perusahaan pelayaran juga memiliki kemampuan finansial yang berbeda dan mereka juga lebih banyak mengandalkan modal sendiri untuk menghadapi pandemi yang luarbiasa ini," cerita Carmelita.
Sebagai informasi, sebenarnya pemerintah sudah melakukan dukungan kepada sektor pelayaran sejak 2015. Upaya itu melalui program tol laut. Melalui program ini pemerintah memberikan subsidi kepada perusahaan pelayaran yang terlibat pengangkutan barang ke daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan.
Kemudian, pada tahun 2021 terdapat 26 trayek tol laut yang akan ditambah menjadi 30 trayek di 2022. Penambahan jumlah trayek ini melibatkan 106 pelabuhan yang terdiri atas 9 pelabuhan pangkal dan 97 pelabuhan singgah.
Subsidi yang diberikan pemerintah untuk membiayai program tol laut ini juga terus meningkat. Hal ini sejalan dengan jumlah trayek yang menjadi tujuan pengiriman barang.
Pada tahun 2016, subsidi Tol Laut sebesar Rp 218,9 miliar, lalu naik menjadi Rp 355 miliar pada 2017. Mulai tahun 2018, subsidi Tol Laut melonjak sampai Rp 447,6 miliar.
Namun, pada 2019 subsidi dipangkas menjadi Rp 224 miliar dan naik lagi menjadi sebesar Rp 436 miliar di 2020. Pada tahun 2022 Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengajukan pagu anggaran subsidi angkutan laut sekitar Rp 1,3 triliun. Dari jumlah itu subsidi untuk program tol laut sebesar Rp 435 miliar.
(dna/dna)