Direktur Komunitas & Kemitraan Krealogi sekaligus Co-Founder Du Anyam, Hanna Keraf, sukses mendorong kesejahteraan ibu-ibu di kampung halamannya lewat social enterprise Du Anyam. Lewat perusahaan bisnis sosial yang didirikan, Hanna berupaya membantu ibu-ibu di NTT agar lebih mandiri dan berdaya.
Dilansir dari Indonesia Development Forum, Du Anyam merupakan bisnis sosial untuk mengurangi kesenjangan ekonomi di daerah tertinggal, salah satunya di Flores, NTT. Diketahui, ada tiga akar permasalahan sosial ekonomi di Flores. Pertama, sulitnya akses tunai karena para ibu mengandalkan hasil berkebun atau kiriman kerabat yang menjadi buruh migran.
Kedua, kemiskinan yang menyebabkan makanan sehat minim dan pekerjaan di ladang semakin berat. Bahkan, banyak ibu hamil dan menyusui yang kurang gizi sehingga anak-anak yang dilahirkan memiliki berat badan rendah. Lalu, pendapat perempuan di keluarga masih rendah sebab semua keputusan diambil oleh suami atau kepala keluarga laki-laki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atas permasalahan itu, Hanna beserta rekannya yaitu Azalea Ayuningtyas dan Melia Winata mendirikan Du Anyam sejak 2014 lalu. Ia menceritakan, mulanya Hanna bersama rekan berupaya mencari tahu keterampilan ekonomi apa saja yang dimiliki oleh ibu-ibu di sekitar kampung halamannya. Sehingga, mereka tak perlu mengenalkan hal baru yang justru menyulitkan perempuan di sana.
"Cukup memanfaatkan keterampilan apapun yang mereka miliki, sumber daya lokal dan bahan bakunya juga. Lalu kami menemukan anyaman dari daun lontar. Pohonnya ini juga sangat melimpah di sana. Keterampilan menganyam itu sendiri telah diwariskan antar generasi di kalangan perempuan dan permintaan di Indonesia serta pasar global juga tinggi untuk kerajinan anyaman ini," ungkap Hanna mengenai alasannya mengembangkan Du Anyam, dikutip dari laman DW, Kamis (11/11/2021).
Ia pun menyebutkan, Du Anyam sendiri berarti 'ibu menganyam'. Kelompok perempuan, khususnya ibu-ibu, sengaja dipilih untuk membantu masyarakat keluar dari masalah sosial ekonomi yang hingga kini masih sering ditemui.
Tak sekadar membentuk bisnis lalu melepasnya begitu saja, Hanna mengaku terus mendorong keterampilan ibu-ibu yang tergabung dalam Du Anyam agar semakin berkembang. Mulai dari memberikan pelatihan agar dapat meningkatkan kualitas, mengenalkan ragam desain yang fungsional dan estetis, serta membuka akses ke pasar yang lebih luas, baik di skala nasional maupun internasional.
Ia pun mengaku senang dan bangga kala melihat peningkatan kesejahteraan yang dirasakan manfaatnya oleh ibu-ibu sekitar.
"Melihat ibu-ibu di sana memiliki suara untuk menunjukkan apa yang mereka inginkan dan mereka butuhkan, serta mengetahui mereka bisa membeli apapun yang diinginkan dengan uang yang dihasilkan sendiri bukan dari suami mereka adalah kebahagiaan tersendiri menurut saya dalam menjalankan Du Anyam ini," katanya.
Klik halaman selanjutnya >>>