Kisah UMKM di Bali Banting Stir dari Fesyen ke Kuliner Imbas Pandemi

Kisah UMKM di Bali Banting Stir dari Fesyen ke Kuliner Imbas Pandemi

Atta Kharisma - detikFinance
Senin, 15 Nov 2021 23:09 WIB
Blu Ways
Foto: Screenshoot YouTube
Jakarta -

Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor usaha di Indonesia. Salah satu yang paling merasakan akibatnya adalah sektor pariwisata di Bali yang juga turut melumpuhkan pelaku UMKM sekitar.

Salah satu pelaku UMKM yang merasakan imbasnya adalah Made Sri Rahayu, seorang karyawan di salah satu sekolah swasta. Bermula dari hobi menjahit yang dia tekuni mendorong Sri Rahayu untuk membuka toko fashion pada tahun 2019.

"Karena seneng, akhirnya saya belilah mesin jahit yang lebih besar, tipikal, sama mesin obras. Nah, kalau ditotalkan itu mesin jahit tipikal sama mesin obrasnya itu total habis Rp 9 jutaan. Itu Rp 9 juta, kemudian belum lagi alat-alatnya yang lain, itu kalau nggak salah sekitar 20 deh habis itu," ungkap Sri Rahayu dikutip dari acara Blu Ways, Senin (13/11/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun naas, tidak lama setelah dia merintis usaha tersebut pandemi COVID-19 datang melanda hingga pada akhirnya membuat Sri Rahayu harus menutup usaha yang baru ia mulai tersebut.

"Tapi mulai Maret, itu kan udah mulai masuk pandemi. Pandemi naik, fashion itu itu mulai surut. Yang jahit juga jarang, kemudian yang beli baju hampir nggak ada, aksesoris juga orang males juga untuk apa berhias, akhir saya diem, saya hentikan," katanya.

ADVERTISEMENT

Bak jatuh tertimpa tangga, pandemi COVID-19 juga berdampak pada pekerjaan suami dan anak pertamanya. Tapi dorongan untuk bertahan hidup membuat Sri Rahayu tetap berjuang mencari cara memenuhi pendapatan ekonomi keluarganya.

Barulah ide untuk memulai usaha baru muncul saat Sri Rahayu membuat cemilan untuk putrinya, Made Ayu Maharani. Berawal dari pujian putrinya tersebut, Sri Rahayu akhirnya iseng untuk mencoba menjajakan kue buatannya secara online lewat media sosial Facebook dan Instagram. Siapa sangka, kue buatannya mendapat sambutan yang baik dari publik lewat banyaknya jumlah pesanan yang datang.

"Jadi awalnya pas pandemi ibu kan juga di WFH, Rani juga kuliah online. Jadi ibu iseng-iseng buat kue, buat cemilan di rumah dan pas di coba enak. Dan waktu itu kan karena ada lockdown juga dan penyekatan, Rani kasih ide kenapa nggak jual online soalnya temannya rani banyak peminat kuenya dan teman ibu juga lumayan," ungkap Rani.

Melihat peluang dalam bisnis kuliner, Sri Rahayu mulai berpikir untuk memperbesar usahanya. Dia pun berencana untuk membuka cafe kecil di rumahnya yang menjual menu-menu sederhana serta kue buatannya. Tapi untuk mewujudkan itu semua tentunya memerlukan modal yang tidak sedikit.

Untungnya, Sri Rahayu mendapatkan informasi dari Koperasi Krama Bali tentang program Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) dari Badan Layanan Umum Pusat Investasi Pemerintah (BLU PIP). Melalui program tersebut Sri Rahayu berhasil mengembangkan usaha serta omset dari usaha kuliner barunya.

"Kalau per bulan mungkin sebelum saya memakai oven yang lebih besar, kemudian ada cafenya itu, saya paling dapat sekitar Rp 2 juta per bulan. Tapi setelah ada pemasukan ini saya dapat lah Rp 5 juta per bulan. Jadi lebih double penghasilan," ujarnya.

Menurut Sri Rahayu, program tersebut sangat membantu dirinya bertahan di masa pandemi karena memiliki proses yang cepat dan mudah.

"Sebentar banget dan tidak dipersulit sangat dipermudah karena karena mungkin melihat dari rekomendasi orang juga ya sangat dipermudah sekali jadi saya merasa terbantu sekali jadi saya nggak sampai dibikin bertele-tele dengan pinjaman ini," katanya.

Pinjaman Rp 10 juta yang ia terima lewat program pembiayaan UMi itu kemudian dijadikan oleh Sri Rahayu sebagai modal untuk membeli kelengkapan alat-alat membuat kue dan persiapan membuat cafe rumah. Berkat adanya program tersebut, Sri Rahayu kini memiliki usaha Bakery Rich dan Roda Cafe.

"Kalau untuk mimpi sangat besar, karena sampai sekarang pun saya masih pengembangan bertahap. Kalau dalam impian tidak harus pengembangan itu, bruk gede, nggak. Saya lebih senang prosesnya, jadi semua saya kerjakan bertahap," ujarnya.

Sri Rahayu juga berharap kalau usaha yang digelutinya kini bisa diminati dan cafe miliknya bisa menjadi tempat tongkrongan yang disukai anak-anak muda.

"Pasti saya punya mimpi besar bahwa dia bisa menjadi toko kue yang disenangi orang, diminati, digemari untuk produksinya. Kemudian cafe juga menjadi tempat tongkrongan yang disukai anal-anak muda," pungkasnya.

Adapun proses pengajuan pembiayaan dari UMi PIP sangatlah mudah serta pencairannya sangat cepat. Bahkan pinjaman dari BLU PIP tidak membutuhkan jaminan sehingga memudahkan pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya. Program UMi juga memberikan relaksasi kredit kepada sejumlah kreditur terpilih, dimana mereka akan diberikan kemudahan untuk mengangsur pinjaman hanya dengan membayarkan bunganya saja.

Sejak 2019 hingga 2021, ada sekitar 118 debitur penerima manfaat pembiayaan dari UMi dari Koperasi Krama Bali. Sebanyak 42 debitur di antaranya terpilih untuk mendapatkan relaksasi peminjaman di 2020.


Hide Ads