BPDPKS Beberkan Manfaat Ekonomi Replanting Sawit bagi Petani di Babel

BPDPKS Beberkan Manfaat Ekonomi Replanting Sawit bagi Petani di Babel

Jihaan Khoirunnisa - detikFinance
Senin, 08 Nov 2021 18:29 WIB
Kebun sawit
Foto: Screenshoot YouTube
Jakarta -

Perkebunan sawit telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap volume ekspor komoditi pertanian. Sawit juga sekaligus menjadi penopang perekonomian selama pandemi COVID-19.

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurachman menyebut rata-rata nilai ekspor produk sawit per tahun bisa mencapai US$ 22 miliar. Nilai ini menurutnya lebih besar ketimbang ekspor non migas kurang lebih 14,2%.

"Jadi cukup besar sumbangan kegiatan ekspor sawit Indonesia untuk untuk perekonomian Indonesia," katanya dikutip dari acara Blu Ways, Senin (8/11/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, lanjut Eddy, dalam rangka meningkatkan produktivitas kebun sawit pemerintah melalui BPDPKS terus menggenjot program peremajaan sawit rakyat (PSR).

"Setiap terjadi kegiatan ekspor dipungut, ada pungutan ekspor. Dari dana tersebut kemudian dikelola oleh BPDPKS dan disalurkan kepada program sawit berkelanjutan," terangnya.

ADVERTISEMENT

Adapun dari dana tersebut sebanyak 10-15 persennya diperuntukkan bagi program PSR. PSR merupakan program untuk membantu pekebun rakyat memperbaharui perkebunan kelapa sawit dengan lebih berkelanjutan dan berkualitas.

Sehingga produktivitas lahan milik pekebun rakyat bisa ditingkatkan tanpa melalui pembukaan lahan baru. Dalam program ini BPDPKS menyalurkan bantuan dana kepada pekebun rakyat peserta PSR sebesar Rp30 juta per ha/kebun.

Diketahui sejak tahun dari 2016 hingga 2020, program PSR atau replanting telah menggelontorkan dana secara nasional mencapai Rp 5,32 triliun dengan total lahan yang diremajakan seluas 200 ribu hektare dari 1.073 rekomendasi teknis yang diterbitkan. Sedangkan di tahun 2021, alokasi dana yang dikucurkan sebesar Rp 5,5 triliun untuk target peremajaan sawit rakyat seluas 180 ribu hektare.

Bangka Belitung pun menjadi salah satu provinsi yang mendapatkan alokasi dana tersebut karena dinilai menyimpan potensi kelapa sawit di samping bijih timah. Potensi tersebut menjadi perhatian pemerintah daerah hingga pemerintah pusat.

Klik halaman selanjutnya >>>

Pada 2020 sektor pertanian Bangka Belitung menyumbang sebesar 20,47% bagi perekonomian wilayah. Dari angka tersebut, sub sektor perkebunan menyumbangkan 36,09% untuk pertanian. Peningkatan kinerja subsektor perkebunan tersebut turut mendorong kinerja industri pengolahan, khususnya industri makanan dan minuman melalui minyak sawit/crude palm oil (CPO).

Tahun 2018, produksi kelapa sawit di Bangka Belitung 119.056 ton kemudian naik sebanyak 126.675 ton di 2020. Produksi kelapa sawit pun diproyeksikan bertambah menjadi 130.602 ton di tahun ini dan 132.887 di tahun 2022.

Berkat kelapa sawit juga, nilai tukar petani (NTP) pada Juli 2021 sebesar 123,67 naik 2% dibandingkan Juni 2021. Begitu juga dengan nilai usaha rumah tangga pertanian pada Juli 2021 sebesar 123,13, naik 1,6% dibandingkan Juni 2021.

Terkait program replanting, Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman mengatakan minat petani di Bangka Belitung cukup tinggi. Banyak dari petani setempat ingin menggantikan sawit-sawitnya yang sudah tidak produktif.

Kendati demikian dia menyoroti perlunya integrasi program replanting dengan program yang sudah ada. Sehingga tidak hanya memberi bantuan bibit dan pemotongan yang sudah tidak produktif.

"Tapi harus digandeng lagi ditambah dengan program menanam tanaman sela di saat-saat sambil menunggu tanaman sawit ini produktif. Ini kan butuh waktu kurang lebih 4 tahun. Jadi selama 4 tahun petani kita tidak mendapatkan penghasilan ini, di lahan yang sama, itu harus kita programkan," tandasnya.


Hide Ads