Produk DME alias Dimethyl Ether diwacanakan bakal mengganti kebutuhan energi LPG di rumah tangga. Sebentar lagi kemungkinan para ibu-ibu di rumah tidak lagi memasak pakai LPG, tapi pakai DME.
Namun memang rencana penggunaan DME untuk menggantikan LPG masih sangat lama dan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Saat ini Pertamina sedang melakukan proses penjajakan untuk mendapatkan suplai DME. Pemerintah pun masih mengkaji skema subsidi untuk penggunaannya.
Lalu apabila DME jadi digunakan, lebih hemat mana pemakaiannya dibandingkan dengan LPG?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam catatan detikcom, yang dihimpun Selasa (16/11/2021) tingkat pembakaran menggunakan DME tidak sepanas LPG. Maka dari itu Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan ada kemungkinan waktu memasak akan lebih lama dan lebih banyak energi yang digunakan.
DME memiliki kandungan panas (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg, sementara kandungan panas LPG senilai 12.076 Kcal/Kg.
"Dengan begitu waktu memasak lebih lama 1,1 sampai dengan 1,2 kali dibandingkan dengan menggunakan LPG," tutur Dadan dalam keterangan resminya.
DME juga merupakan senyawa eter paling sederhana mengandung oksigen dengan rumus kimia CH3OCH3 yang berwujud gas sehingga proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dibandingkan LPG.
Meski begitu, kualitas nyala api yang dihasilkan DME lebih biru dan stabil, tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx, serta tidak mengandung sulfur.
Kalau harganya gimana, mana yang lebih murah? Lihat di halaman berikutnya.
Cuma yang jelas, DME bakal memiliki harga yang jauh lebih murah dari LPG. Memang saat ini belum ada harga pastinya, namun Dadan mengatakan harga DME diminta pemerintah dibuat lebih murah dari LPG. Hal ini untuk menarik perhatian masyarakat agar mau berpindah dari LPG ke DME.
"Kalau lebih mahal, pasti tidak menarik," kata Dadan kepada detikcom, Minggu (14/11/2021).
Pemerintah juga sedang mengkaji rencana pemberian subsidi produk DME. Jika proyek gasifikasi ini secara nilai ekonomi menguntungkan negara, maka subsidi akan diberikan ke produk DME.
"Subsidi, pemerintah sedang pertimbangkan dan kaji penugasan pemerintah kalau semua nanti, misalnya semua nanti ekonomi value untungkan negara, maka akan ada penugasan pemerintah. Penugasan ini, maka subsidi akan diberikan pada DME," kata Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM, Sujatmiko.
Wacana penggunaan DME muncul dan hangat diperbincangkan setelah Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan akan ada proyek investasi pembuatan DME yang dimulai pada Januari tahun depan.
Hal itu akan dilakukan oleh perusahaan internasional Air Products and Chemicals dengan Pertamina dan beberapa perusahaan lainnya. Bahlil bilang DME yang dihasilkan dari produk ini bakal dijadikan pengganti untuk LPG.
"Sudah akan jalan 2022 Januari itu Pertamina dengan PTBA (PT Bukit Asam) dan Air Products dengan pengusaha nasional membangun DME. Air Products melakukan investasi dengan beberapa perusahaan BUMN kita dan swasta nasional untuk melakukan hilirisasi dalam rangka bagaimana mendapatkan pengganti LPG dari batu bara, yaitu DME," kata Bahlil dalam konferensi pers virtual kemarin, dikutip Jumat (12/11/2021).
(hal/ang)