Nama Menteri BUMN Erick Thohir disebut-sebut dalam isu pajabat bisnis tes PCR. Erick kemudian buka suara, apa katanya?
Erick awalnya menceritakan kementerian bersama BUMN turut memberikan dukungan saat awal pandemi COVID-19 di Indonesia pada 2020. Bentuknya dengan memberikan dukungan dibukanya lab PCR di berbagai rumah sakit.
"Lalu tentu mengenai tes PCR, Kementerian BUMN dan BUMN turut memberikan dukungan pada awal-awal. Di mana pada saat itu tepatnya bulan Maret atau April atau Mei kita belum mengerti yang namanya PCR," kata Erick saat menjadi keynote speaker dalam acara Webinar Majelis Guru Besar UII secara daring, Kamis (18/11/2021)
"Tetapi dari koordinasi kami dengan berbagai pihak rupanya kita perlu 18, kita perlu lab PCR dan waktu itu kita memberanikan diri memberi 18 lab yang kita distribusikan ke rumah sakit BUMN dan beberapa rumah sakit pemerintah daerah. Nah hal ini tentu apa, supaya kita melihat tes PCR ini menjadi bagian dari trace and tracing," imbuhnya.
Erick Thohir mengatakan harga PCR di Indonesia saat ini termasuk salah satu yang termurah di dunia. Ia juga menjelaskan dalam hal penentuan harga PCR bukan ditentukan oleh segelintir individu.
"Dan awalnya saya ingat sekali harganya ada Rp 2 juta ada yang Rp 5 juta waktu itu dan alhamdulillah hari ini harganya Rp 300 ribu. Kalau dibandingkan dengan banyak negara kita masih masuk kategori yang termurah dan ini sesuai dengan audit BPKP. BPKP yang sudah mendampingi, bukan berarti penentuan harga yang ditentukan oleh sendiri dan ini juga ditetapkan oleh Kemenkes sesuai tupoksi," jelasnya.
Erick Thohir membantah tes PCR untuk pengguna transportasi menguntungkan dirinya. Langsung klik halaman berikutnya.
(hns/hns)