Pandemi COVID-19 yang terjadi di dunia turut membuat perekonomian tertekan. Karena itu masih ada risiko yang harus diwaspadai oleh semua pihak.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengungkapkan bank sentral memproyeksi ekonomi global akan tumbuh pada kisaran 5,7%.
Dody menyebutkan memang pemulihan ekonomi secara global sudah menuju arah perbaikan. "Meskipun ada risiko yang harus kita lihat, seperti rantai pasok dan keterbatasan energi," kata dia dalam webinar, Jumat (19/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebutkan ada juga risiko inflasi global yang akan melonjak tinggi ke depannya. Kondisi inflasi ini tak lepas dari pengaruh pasokan yang lancar dan mendorong permintaan. Jika pasokan terganggu maka akan mempengaruhi harga dan barang yang dibutuhkan masyarakat akan mengalami kenaikan.
Selain itu distribusi vaksin yang belum merata di berbagai negara juga akan mempengaruhi pemulihan ekonomi global.
Baca juga: Inflasi RI Rendah, Kok BI Malah Nggak Happy? |
Dia menyebutkan, ketika negara-negara maju yang sudah mencapai vaksinasi yang tinggi, mobilitas masyarakat pun pasti akan pulih. Sementara negara yang lambat melakukan vaksin, maka tidak akan mungkin bisa untuk mengimbangi.
Bagi negara yang cepat pemulihannya, maka normalisasi kebijakan pun pasti akan dilakukan. Nah biasanya, setiap kebijakan yang diambil oleh negara maju, pasti berdampak ke negara berkembang.
"Setiap kebijakan yang diambil negara maju, terutama moneter selalu memunculkan spill over ke negara berkembang," jelas Dody.
Karena itu negara berkembang belum perlu melakukan kebijakan antisipasi, terpaksa dengan konsekuensi pertumbuhan ekonomi dengan terganggu untuk tumbuh.
Baca juga: COVID-19 Mereda, Ekonomi RI Tak Lagi Merana |